Prof. Muchtar Pakpahan di objek wisata Danau Toba.

SELASA, tanggal 6 Maret 2018 saya mendarat di Bandara Silangit Tapanuli Utara untuk selanjutnya akan menuju Samosir Onanrunggu dalam rangka acara memindahkan tulang-tulang (panakkokhon saring-saring) dan menikmati wisata.

Tentulah yang pertama sekali saya bersyukur adanya perhatian khusus dari pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla memajukan wisata Danau Toba.

Bandara yang di bangun pelan-pelan kini bertaraf Internasional. Infrastruktur dibangun mendekatkan jarak tempuh Medan ke Prapat dengan membangun jalan bebas hambatan (Jalan Tol ) Medan menuju Tebing.

Kalau dulu di tempuh dengan selama 4 jam perjalanan, sekarang bisa sampai dalam waktu 2 jam 30 menit. Masyarakat Sumatera Utara berharap mudah-mudahan Danau Toba bisa bangkit jadi wisata seperti tahun 80an.

Menurut pengamatan saya, mulai dari bandara sampai ke Samosir ada beberapa catatan yang belum mendukung Toba Indah menjadi wisata.

BACA JUGA: http://sbsinews.id/memindahkan-tulang-belulang-kakek/

Pertama, masih banyak jalan yang rusak yang tentu belum mendukung wisata. Dari Dolok Sanggul ke Tele dan dari Tele ke Pangururan, dan dari Pangururan ke Onanrunggu terus ke Tomok contohnya

Kedua, masih banyak kerambah ikan dan tepi pantai masih jorok. Dulu Desa Pakpahan pasirnya bersih putih tetapi sekarang ditumbuhi onak duri. Kalau wisata Danau Toba mau maju, harus tegas ada pilihan. Stop kerambah ikan.

Ketiga, masyarakat belum disiapkan menjadi tuan rumah wisata. Masyarakat sekitar Danau Toba harus disiapkan memperlakukan wisatawan sebagai raja atau hula-hula, supaya mereka nyaman.

Keempat, belum mempunyai program untuk dijual. Harus terprogram. Untuk ini saya pernah membuat memasyarakatkan wisata Danau Toba dalam album Toba Indah bersama Flamingo Band. Silahkan saksikan di youtube.com/user/muchtarpakpahan.

Ditulis Oleh: Prof. Muchtar Pakpahan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here