Oleh: I Wayan Agus Eka

Apa yang terlintas ketika kita mendengar kalimat di atas. Mungkin setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda-beda akan kalimat itu.

Sebelum kita melangkah ke pengertian sesungguhnya, mungkin lebih baik kita mencermati satu persatu bagian dari kalimat itu. Jasad yang dimaksud disini memiliki arti yang luas, jasad ini tidak hanya berarti badan kita tetapi juga segala sesuatu yang terikat dengan badan kita, apakah itu???tidak lain adalah sifat-sifat sebagai seorang manusia. Manusia memiliki sifat baik, buruk, nafsu, amarah, cinta, dengki, iri dll. Kemudian jiwa yang dimaksud di sini adalah Tuhan yang berada dalam setiap umat manusia. Meminjam istilah Gede Prama, di dalam diri manusia terdapat pura-pura yang di dalamnya bersemayam Tuhan itu sendiri.

Jadi arti dari istilah matikan jasadmu maka terhidupkanlah jiwamu itu adalah matikanlah semua sifatmu yang terikat dengan badan jasmanimu karena pada saat kondisi itulah engkau akan menemukan diri yang sejati yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Badan jasmani beserta sifat-sifat yang terikat ini bagaikan lumpur yang menghalangi seorang nelayan ketika mencari ikan, bagaikan awan hitam yang menghalangi terangnya sinar matahari, maka singkirkanlah lumpur dan awan itu dan engkaupun akan melihat ikan dan matahari dalam kejernihan hati.

Ketika kita mampu mematikan jasad ini maka bagaikan seseorang yang sedang berada dalam suatu lorong yang sangat gelap yang dengan ketekunan dan tekadnya mampu melihat setitik cahaya di ujung jalan, cahaya inilah yang disebut dengan Dharma, cahaya inilah yang merupakan tujuan dari kehidupan ini.

Lalu bagaimanakah caranya mematikan jasad ini. Agama mengajarkan kita untuk melakukan tapa, brata, yoga, semadi. Cara-cara inilah yang harus dilakukan manusia agar mampu mematikan nafsu dalam dirinya sendiri. Lalu sebatas mana kita harus melakukan cara-cara ini??kembali lagi ke sifat ajaran agama Hindu yang tidak mengenal pemaksaan, ibarat seorang anak SD janganlah dijejali dengan pelajaran SMA begitu pula sebaliknya, seseorang yang sudah SMA janganlah mengambil pelajaran untuk anak SD kembali. Tujuannya apa???untuk mencapai apa yang disebut dengan kondisi NOL, lepas dari pengaruh dualisme, rwa bhinneda, selalu netral dalam menghadapi sesuatu. Lepas dari ikatan duniawi yang disebut istri, harta, anak, kedudukan, jabatan dan lain-lain.

Sebagai contoh saya akan mengambil kisah dari cerita Mahabarata

Panca Pandawa merupakan symbol dari lima sifat manusia. Yudistira disimbolkan sebagai sifat satwam (ibu jari), Bima dengan sifat Krodha (Telunjuk), Arjuna dengan sifat Kama/birahi (jari tengah), Nakula dengan sifat Tamak/loba (jari manis) dan Sadewa dengan sifat irihati/matsarya (kelingking).

Kisah mahabarata mengajarkan kepada kita bagaimana cara mengendalikan nafsu manusia kemudian dilahirkan kembali sebagai pribadi yang suci dan bersih.

Semuanya berawal dari perjudian yang sudah diskenariokan sedemikian rupa. Akhirnya Pandawa beserta drupadi harus kehilangan kerajaannya dan dibuang ke hutan selama 12 tahun dan pada tahun ke 13 harus menyamar, dan seandainya pada tahun ke 13 samarannya terbongkar maka harus kembali lagi menjalani 12 tahun di hutan.

Nah, waktu 12 tahun inilah merupakan proses mematikan jasad dari Pandawa tersebut. Mulai dari Arjuna yang harus bertapa ke gunung Indrakila untuk memperoleh senjata dimana kemudian dia bertempur dengan Dewa Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Kemudian ketika Yudistira harus melupakan dendamnya untuk sesaat ketika rombongan Duryodana diserang oleh sekawanan raksasa yang ingin membunuhnya ketika Duryodana menginap di peternakan yang dekat dengan perkemahan pandawa.

Puncak dari ujian itu adalah pada akhir masa pengasingan yaitu pada tahun ke-12. Berawal ketika pedupaan seorang brahmana tersangkut pada tanduk seekor menjangan dan kemudian Pandawa mengejar menjangan tersebut beramai-ramai. Dan kemudian sampailah mereka di hutan. Karena kehausan Nakula kemudian memanjat pohon yang tinggi dan kemudian melihat ada tanaman air yang artinya di dekat sana terdapat telaga. Bergegaslah kemudian Nakula menuju kolam itu. Ketika dia sampai di sana terdengarlah suara gaib “wahai putra madri, jawab dulu pertanyaanku baru kamu boleh minum”, namun nakula tidak menghiraukannya , dia langsung meminumnya, seketika itu pula dia jatuh tidak sadarkan diri.

Melihat saudaranya sudah lama mencari air, maka yudistira mengutus sadewa untuk mencari. Ketika sadewa sampai, suara itu terdengar lagi “sadewa, telaga ini milikku, jawab dulu pertanyaanku, baru engkau boleh meminumnya”. Namun sadewa tetap tidak bergeming, dan seketika itu pula dia tidak sadarkan diri.

Kamudian diutuslah arjuna untuk menyusul mereka, namun ketika sampai suara itu terdengar lagi, “jawab dulu pertanyaanku, jika engkau tidak menurutiku maka kau akan menemui nasib yang sama dengan saudaramu”. Arjuna marah mendengarnya dan berkata “siapa dirimu, akan kubunuh kamu” sambil membidikkan panahnya kearah suara itu, namun tidak mengenai apa-apa. Arjuna kemudian minum, dan seketika itu pula dia tidak sadarkan diri.

Kemudian bima menyusul adik-adiknya, dan dia pula mengalami nasib yang sama. Melihat saudaranya tidak kembali, yudistira menyusul mereka, dan alangkah kagetnya ketika dia melihat saudaranya terbaring kaku dalam kematian. Lalu tiba-tiba terdengar suara gaib “saudaramu mati karena tidak mengindahkan kata-kataku, jawab dulu pertanyaanku baru kemudian engkau dapat meminum air di telaga ini”. Yudistira menyanggupi dan kemudian dia menjawab setiap pertanyaan yang diajukan suara itu.

Jawaban yudistira memuaskan suara itu, kemudian dia berkata “dari saudara-saudaramu ini, siapa yang kau pilih untuk hidup kembali ??” kemudian yudistira menjawab “nakula, karena aku adalah putra dewi kunti maka biarlah salah satu putra dewi madri hidup dan meneruskan keturunannya”. Mendengar jawaban Yudistira suara tersebut bergembira, jawaban yudistira mencerminkan keadilan dan juga mencerminkan Dharma karena keadilan pada prinsipnya adalah Dharma itu sendiri. Suara tersebut akhirnya menghidupkan kembali semua saudaranya.

Apa makna dari cerita ini:

Kejadian ini memberikan makna kepada kita bahwa manusia (yang disimbolkan dengan panca pandawa) harus berusaha mematikan sifat marah (bima), birahi (arjuna), loba (nakula), dan iri hati (sadewa) melalui cara-cara yang disimbolkan dengan kehidupan di hutan selama 12 tahun. Kemudian baru setelah itu diri sejati ini terlahirkan kembali (ditandai dengan hidupnya kembali panca pandawa).

Hari raya Nyepi merupakan salah satu upaya untuk mematikan badan jasad ini, Nyepi ibarat masa pembuangan Panca Pandawa di tengah hutan dengan segala macam cobaan dan pantangannya (baca: amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan). Nyepi mengembalikan kita semua ke titik NOL, titik dimana kita akan mampu untuk melihat kebenaran sejati.

Yudistira adalah simbol manusia yang mampu menguasai dirinya sendiri, simbol dari NOL yang mampu mengalahkan musuh sejati yang berasal dari diri sendiri dan mencapai tingkat kesucian yang dimuliakan Tuhan. Hendaknya kita semua berusaha untuk menjadi seperti ini. Awighnam Astu..

Rahajeng Rahina Nyepi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here