Irigasi Tanah Jawa, Bahjambi sudah hancur

 

Oleh: Muchtar Pakpahan

Harian Kompas Senin 10 September 2018 menuliskan headline news dengan judul seperti tulisan ini.

Berita kompas tersebut dapat dikategorikan berkualitas investigative report tentang kehidupan warga desa di Indramayu yang sudah menurun. Penduduk yang termasuk petani padi, tetapi kebutuhan pangannya tergantung pasokan dari luar.

Dilaporkan juga kondisi petani karet di Dolokmasihol kabupaten Serdang Bedagai sumatera Utara yang kesejahteraan petani karetnya menurun. Harga karet bila dikonversi dengan beras, rasanya lebih baik menjadi petani beras.

Hal yang sama dialami juga oleh petani di Kabupaten Simalungun bawah Sumatera utara yang berpusat pada bekas kewedanaan Tanah Jawa.
Divawal kemerdekaan,

Kebijakan Sukarno membuat rakyat wajib sekolah dan mencukupi produksi beras. Di tahun 1950-an oleh BTI sebagai pelaksana kebijakan Sukarno, kepada setiap petani dibagi 2 ha sawah, membuat Simalungun jadi lumbung beras. Sekarang menjadi tanaman kelapa sawit karena irigasi yang dibangun tahun 1950an sudah rontok. Tidak direnovasi atau dibangun kembali. Petani padi berubah menjadi petani kelapa sawit.

Dua ha sawah pasti lebih makmur dibandingkan 2 hakelapa sawit. Penduduk Simalungun bawah menjadi berkurang kesejahteraannya hari ini.

Negeri yang kaya berkat Tuhan, karena salah urus sejak Suharto menggulingkan Sukarno hingga sekarang, banyak rakyatnya yang tetap miskin. Diperkirakan saat ini 9 juta petani yang tidak memiliki tanah, sementara beberapa pengusaha memiliki jutaan ha bahkan ada yang 5jt ha tanah.

Mungkin negara ini sedang menunggu revolusi sesuai ucapan Sukarno REVOLUSI BELUM SELESAI.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here