Oleh: Timbul Siregar
Seorang wartawan mewawancarai saya terkait May Day. Salah satu pertanyaannya adalah kenapa pekerja yg ikut perayaan May Day semakin berkurang ?
Pertanyaan yg cukup kritis tentunya.
Saya coba menjawabnya.
Begini jawaban saya.
Sebenarnya kalau dibilang jumlah buruh yg ikut turun ke jalan dan orasi dalam rangka May Day turun, ya karena ada beberapa hal, yaitu :
1. Jumlah pekerja yg berserikat menurun.
Elite SP/SB belum mampu memberikan nilai – nilai baik tentang SP/SB kepada kalangan pekerja.
Perpecahan dan ketumpulan ide membangun HI yg baik menyebabkan pekerja kurang berminat ikut SP/SB.
2. May Day sebagai hari untuk berlibur.
Setelah ditetapkan May Day sebagai hari libur justru digunakan oleh kalangan pekerja sebagai hari istirahat karena kembali elite dan anggota SP/SB gagal menginklusifkan nilai – nilai May Day kepada para pekerja.
3. Kalangan elit SP/SB yang terpecah tidak memiliki satu kesatuan dalam menyampaikan ide – ide untuk perbaikan kesejahteraan buruh.
4. Kalangan pekerja mulai menilai perayaan May Day yang dilaksanakan selama ini tidak efektif karena tuntutan yang disampaikan selesai pada saat demo saja, tidak dilanjutkan setelah May Day. Akan berulang lagi ketika merayakan May Day di tahun depannya. Oleh karenanya saat ini kecenderungannya May Day diisi dgn acara hiburan dan perayaan yg bersifat lokal di suatu tempat.
Tabik
Timboel Siregar, BPJS Wach