Oleh: Andi Naja FP Paraga
SBSINews – Ketika Orde Baru berkuasa pada era-1970-an buruh adalah salah satu komunitas gerakan yang dikebiri keberadaannya selain Kelompok Islam dan kelompok kiri karena dianggap akan menghambat Orde Baru. Namun sayangnya ketika ORBA tumbang kaum buruh yang sebenarnya juga bangkit melupakan hal yang substansial yaitu basis ideologi yang menjadi sebuah pedoman dan spirit bagi sebuah organisasi pergerakan.
Selain mengkebiri gerakan buruh, hal lain yang dilakukan ORBA adalah melakukan deideologisasi gerakan buruh secara sistematis, memberikan pencitraan negatif pada setiap kalangan yang ingin berserikat diluar kehendak negara dan upaya menjauhkan buruh dari politik yang berakibat melemahnya peran politik kaum buruh.
Gerakan buruh kini asyik dengan isunya dan problemnya sendiri, paranoid akibat trauma panjang dikebiri oleh ORBA sehingga sebagian dari mereka masih belum mau membuka diri ketika ada kelompok lain ingin membantu masalah yang dihadapinya.
Gerakan buruh tidak tumbuh sebagai organisasi pergerakan melainkan hanya sebagai organisasi paguyuban tempat berkumpulnya para buruh pekerja melepas canda gurau yang hanya sesekali bergerak ketika kepentingan pribadinya terusik. Sementara itu solidaritas yang merupakan salah satu kata yang sakral bagi buruh kini hanya slogan yang diteriakkan pada saat peringatan May Day atau ketika demo menentukan kenaikan UMP atau ketika ada undang – undang baru yang tidak berpihak pada buruh. Selain itu kata solidaritas hanya diterakkan dalam training-training saja.
Realitas Terpendam
Disisi lain ada realitas terpendam dan dikesampingkan dengan potensi buruh yang luar biasa. Secara kuantitas mereka adalah merupakan organisasi sipil terstruktur dan terbesar diluar aparat dan pegawai negeri sipil. Buruh ada di segala lapisan kekuasaan dan modal dengan beragam bentuknya. Merekalah agen perubahan sosial dan yang mengalaminya terlebih dahulu. Boleh dikata para buruhlah alat produksi, realitas sosial, diskursus menjadi satu.
Ideologisasi gerakan buruh sepertinya sudah tidak dapat ditawar lagi penerapannya. Tanpa basis ideologi organisasi berjalan tanpa arah. Pengurus bergerak tanpa komitmen yang mendorong mereka untuk menjadi pragmatis dan teralienasi dalam perjuangan semu. Jumlah Buruh memang besar, tapi tanpa ideologi maka ia laksana buih ditengah lautan yang pada akhirnya dengan segala keluguan dan keegoisannya sangat mudah dimanfaatkan pemerintah, pengusaha maupun oleh partai politik.(100520)