Oleh: Andi Naja FP Paraga

SBSINews – Bulan Ramadhan rasanya tidak sempurna tanpa berbicara tentang Nasib Mustadh’afin yang diterjemahkan sebagai kelompok manusia yang hidupnya belum sejahtera. Kalau makna yang sesungguhnya Mustadh’afin ini adalah kelompok yang tertindas. Tapi sebaiknya kita punya makna kontemporer sehingga maknanya dapat mencakupi keseluruhan orang yang hidupnya bergantung pada Kelompok Mustakbirin atau kelompok orang-orang sejahtera, orang kaya, pengusaha dimana kelompok mustadh’afin ini bekerja pada usaha orang-orang kelas berkemampuan itu.

Dizaman dahulu ketika Sistem Perbudakan masih menjadi Sistem Kerja antara Pekerja dan Pengusaha didapatkan keterangan Para Budak itu justru ada yang bekerja tanpa diupah bahkan nasib para budak bisa di perjualbelikan. Namun tidak berarti semua berlaku seperti itu. Ada Budak yang mendapatkan upah ketika musim panen kurma, gandum dan anggur selesai. Tapi tentu dari masa tanam hingga masa panen itu rentang waktu yang lama sehingga hidup sehari-hari para budak tergantung pada tingkat keperdulian tuan-tuan atau para majikan mereka.

Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa Aalihi Wassalam justru menjadi pekerja di sektor perdagangan dengan membawa barang dagangan orang – orang kaya di Mekkah ke negeri lain bahkan hingga ke Syam atau Suriah saat ini. Beliau pun mendapat upah setelah kembali lagi ke Mekkah. Sistem pengupahan terhadap pekerja pedagang sesungguhnya tidak berbeda dengan pekerja di sektor perkebunan tadi.

Walaupun sistem pengupahan itu hanya berdasarkan kesepakatan antara pemberi kerja dengan penerima kerja tanpa pengaturan penguasa disaat itu tapi telah terbukti tak pernah menimbulkan gejolak kecuali pada pola perbudakaan karena masih ada budak bekerja tidak dibayar upahnya sama sekali karena mereka budak yang dibeli baik dibeli di Pasar Budak atau sejak kakek neneknya secara turun temurun sudah menjadi budak pada Kabilah atau keluarga tertentu.

Setelah Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa Alihi Wassalam berhasil menjadi pengusaha beliau juga mempraktekkan sistem pengupahan yang lebih ringan disamping sistem pengupahan yang sudah berjalan.

Pola baru itu adalah Budak/Pekerja diberikan upahnya sebelum kering keringatnya. Artinya pekerja sudah bisa langsung mendapatkan upahnya setelah menyelesaikan pekerjaannya saat itu juga. Ternyata pola ini banyak disukai oleh kelompok pekerja tertentu. Kelak kalimat Bayarlah upah sebelum kering keringatnya digunakan juga oleh pengusaha-pengusaha pasca Zaman Nabi Muhammad SAWW.

Penghapusan Sistem Perbudakan

Nabi Muhammad SAWW sangat concern pada penghapusan sistem perbudakan yang terjadi dizaman beliau. Beliau tak segan-segan memberi peringatan kepada Para Mustakbirin Suku Qurays tapi tidak sedikit yang menyikapinya dengan penolakan keras. Beliau pun pernah menebus budak-budak yang disiksa majikannya dengan tebusan yang tidak murah.

Memerdekakan Para Budak pun tidak berhenti dengan cara-cara tersebut tapi dengan pola yang langkah. Misalnya seluruh budak korban perang atau tawanan perang dibebaskan dan menjadi orang merdeka. Selanjutnya generasi pelanjut risalah beliau melakukan hal yang sama dizamannya masing-masing.

Pembebasan sebelum Renaisance

Nabi Muhammad SAWW telah mempelopori pembebasan sistem perbudakan jauh sebelum munculnya Revolusi Prancis atau Era Renainsance. Beliau sudah melakukannya sejak 14 Abad silam sementara Renaisance baru hadir dua Abad yang lalu.

Namun Islam memberi apresiasi besar terhadap perjuangan kaum buruh di Abad 17 itu yang kemudian memunculkan gerakan pembebasan berskala besar yang mendunia. Pada intinya seluruh upaya membebaskan manusia dari sistem perbudakan itu adalah sebuah upaya mewujudkan keadilan baik terinspirasi oleh Agama atau Faktor lainnya.

Bayarlah Upah sebelum kering keringatnya dan memulai Pembebasan Budak sejak 14 Abad yang silam tentu saja merupakan kontribusi Islam bagi kemanusiaan. Hadirnya Komisi Hak Azasi Manusia yang disponsori Perserikatan Bangsa Bangsa sejak Tahun 1945 dengan upaya menghapuskan Sistem Perbudakan dan diskriminasi terhadap manusia merupakan bukti bahwa Manusia di Era Modern concern terhadap nilai nilai kemanusiaan yang berlangsung hingga saat ini walaupun faktanya perbudakan modern itu masih ada walaupun dengan wujud yang berbeda.(080520)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here