SBSINews – Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut 23 juta pekerja akan terdampak otomatisasi di dunia kerja. Karena itu, Ida mendorong agar Balai Latihan Kerja (BLK) siap melakukan re-skilling.
Hal itu diungkapkan Ida saat memberikan sambutan pada penutupan Rakor Bidang Lattas di BBPLK Semarang, Selasa (26/11/2019).
Ida mengatakan, dari data BPS pada Agustus 2018 dan Agustus 2019, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia memang mengalami penurunan 0,06 persen. Namun, menurutnya, tantangan ketenagakerjaan masih banyak.
“Sebanyak 57,54 persen pekerja kita adalah lulusan SD/SMP ke bawah. Sekitar 55,72 persen pekerja kita adalah pekerja informal. Berdasarkan penelitian McKinsey pada September 2019, 23 juta pekerjaan di Indonesia akan terdampak otomatisasi dan rata-rata terdapat 248 ribu pekerja ter-PHK per tahun, data BPJS Tenaga Kerja tahun 2016-2018. Ini adalah major challenge ketenagakerjaan di Indonesia yang perlu kita tangani bersama 5 tahun ke depan,” jelas Ida.
Di era industrialisasi 4.0, lanjut Ida, otomatisasi tidak terhindarkan. Namun akan ada peluang tercipta 27-46 juta pekerjaan baru hingga 2030 dengan 10 juta pekerjaan di antaranya merupakan pekerjaan yang belum ada sebelumnya.
“Selain itu, diproyeksikan 6-29 juta orang di Indonesia harus mengikuti pelatihan lagi untuk jenis pekerjaan yang baru atau re-skilling dan up-skilling,” tandasnya.
Maka, menurut Ida, peran BLK dan sekolah vokasi sangat penting untuk melakukan program triple skilling. Program tersebut, yaitu skilling untuk pengangguran siap kerja, re-skilling untuk pekerja yang ter-PHK, dan up-skilling untuk pekerja khususnya UKM lokal dan industri pionir untuk siap berkompetisi.
“Dalam kondisi kompetisi yang cukup ketat, BLK harus siap. Pemerintah daerah harus punya mindset BLK itu penting, tidak boleh diabaikan,” tegasnya. (detikNews/Jacob Ereste)