SBSINews – Setelah memecat ratusan karyawan pada Juli dan September 2019 perusahaan penyedia layanan transportasi ini melakukan hal serupa di tengah upayanya mengurangi kerugian.
CEO Uber Technologies Dara Khosrowshahi menyatakan memecat 350 karyawannya. Langkah ini dikatakannya merupakan “gelombang terakhir” pengurangan tenaga kerja oleh perusahaan.
Pengurangan tersebut memukul beberapa divisi, termasuk pengembangan mobil swakemudi dan layanan pengiriman makanan (food delivery). Sebelumnya, pada Juli dan September 2019, Uber telah memberhentikan lebih dari 800 karyawan.
Sejak penawaran umum perdana yang mengecewakan pada Mei, harga saham Uber telah melorot sekitar 30 persen. Perusahaan menghadapi keprihatinan investor atas catatan peningkatan kerugian dan perlambatan pertumbuhan perusahaan.
Pada kuartal II/2019, Uber mencatat rugi senilai lebih dari US$5 miliar, rugi pendapatan kuartalan terbesarnya hingga saat ini, meskipun sebagian besar kerugiannya adalah akibat dari biaya kompensasi berbasis saham untuk karyawan setelah IPO perusahaan pada Mei.
“Ada kesan bahwa meskipun kita tumbuh cepat, kita juga telah melambat. Ini terjadi secara alami ketika perusahaan tumbuh semakin besar, tetapi ini juga sesuatu yang perlu kita tangani dan dengan cepat,” tulis Khosrowshahi dalam sebuah surel pada Juli.
“Tim kita banyak yang [jumlahnya] terlalu besar, sehingga menciptakan pekerjaan yang tumpang tindih dan dapat membawa hasil yang biasa-biasa saja,” terangnya.
Secara total, langkah pemecatan ini mewakili sekitar 1 persen jumlah tenaga kerja perusahaan, menurut seorang juru bicara Uber kepada TechCrunch.
Pengurangan terbaru ini dilakukan sekitar satu bulan setelah Uber memberhentikan 435 karyawan di tim produk dan tekniknya, serta kurang dari tiga bulan setelah mem-PHK sekitar 400 orang dari tim pemasarannya.
Bagaimanapun, kabar tentang langkah pengurangan jumlah karyawan mampu membantu mendorong saham Uber naik 4 persen pada perdagangan Senin, 14 Oktober 2019.
Dalam sebuah surel terbaru yang dilayangkan kepada staf, Khosrowshahi mengatakan bahwa para eksekutif perusahaan dapat menguraikan pengurangan pekerjaan dalam sebuah pertemuan pada Selasa, 15 Oktober 2019.
“Seperti yang kalian semua ketahui, selama beberapa bulan terakhir, para pemimpin perusahaan telah mencermati tim mereka untuk memastikan bahwa organisasi kita terstruktur untuk kesuksesan selama beberapa tahun ke depan,” papar Khosrowshahi, dikutip melalui TechCrunch.
“Ini telah menghasilkan perubahan yang sulit tetapi perlu guna memastikan kita memiliki orang yang tepat dalam peran yang tepat dan di lokasi yang tepat,” tambahnya.
Perihal pengurangan tenaga kerja terakhir ini telah dikonfirmasi oleh juru bicara Uber. Sekitar 70 persen pemecatan terjadi di Amerika Utara, sedangkan sisanya tersebar di wilayah Amerika Latin, APAC (Asia Pasifik), dan EMEA (Eropa, Timur Tengah, dan Afrika). (Bisnis.com/Jacob Ereste)