SBSINews – Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim menampik kabar adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) 1.300 orang yang dilakukan Krakatau Steel (KS) dalam dua bulan ke depan.
Silmy menjelaskan, Krakatau Steel memang tengah melakukan restrukturisasi/perampingan dalam tiga hal, yakni model bisnis, utang, dan organisasi. Restrukturisasi ini krusial dilakukan untuk menyelamatkan kinerja perseroan yang terus menelan kerugian dalam tujuh tahun terakhir.
“Kemudian kita lihat posisi utang naik terus, artinya kita punya masalah bukan saja di keuangan, tapi pastinya ada penyebab lain, baik model maupun proses bisnisnya. Setelah berdiskusi dengan bank dan Kementerian BUMN, akhirnya kami mendapatkan lampu hijau untuk restrukturisasi,” kata Silmy kepada CNBC Indonesia di kantornya, Senin (1/7/2019).
Ia mengakui, setiap upaya perampingan organisasi pasti ada konsekuensinya dan tidak bisa memuaskan semua orang. Direksi pun memilih kebijakan yang dampak dan resikonya paling minimal.
Salah satu upaya meminimalkan resiko tadi adalah dengan mengubah konsep model bisnis dan alokasi tenaga kerja dari yang tadinya menimbulkan biaya besar (cost-center) di induk perusahaan menjadi mampu menghasilkan laba bagi perseroan (profit-center) melalui anak-anak perusahaan KRAS.
“Saya gotong-royong dengan direksi anak perusahaan. Saya dorong mereka untuk kreatif dalam mengembangkan model bisnisnya dan bagaimana menolong sesama rekannya,” ujarnya.
Ia mencontohkan, divisi pengolahan air limbah produksi (water-treatment) yang sebelumnya membebani induk perusahaan dan hanya melayani Krakatau Steel, kini didorong untuk mengembangkan lini bisnisnya melalui anak perusahaan.
“Kalau di dalam induk usaha kan dia cost-center, hanya melayani KS. Sementara yang butuh water treatment service, mengelola air kotor hasil produksi kan bukan hanya KS, yang lain juga butuh. Jadi perampingan ini hanya dialihkan dari induk usaha untuk mencetak laba di luar, dioptimalkan lah,” jelasnya.
Silmy mengungkapkan, perseroan menargetkan efisiensi/perampingan sekitar 2.400 karyawan organik di perusahaan induk KRAS hingga tahun depan, baik itu melalui natural retirement, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, maupun program pensiun dini.
Setidaknya ada 800 karyawan yang akan memasuki masa pensiun hingga tahun depan serta pengalihan 600 karyawan dari perusahaan induk ke anak-anak perusahaan KS.
“Optimalisasi, tenaga kerja di lini bisnis yang sudah bertahun-tahun tidak berproduksi, saya pindahkan ke tempat lain yang masih berproduksi. Nantinya juga ada program pensiun dini yang belum saya keluarkan, kita akan lihat keuangan KS apakah memungkinkan untuk menjalankan program ini. Target kami bisa efisiensi hingga sekitar 2.400 karyawan,” jelasnya.
“Jadi tidak ada PHK massal, sekali lagi saya tegaskan tidak ada PHK massal. Kami hanya melakukan perampingan, mengoptimalkan SDM yang ada dengan dipindahkan dari induk perusahaan, sekarang mereka bisa menghasilkan uang di anak atau cucu perusahaan,” imbuhnya. (Sumber: CNBCIndonesia)