Oleh : Andi Naja FP Paraga

“Tuhan tidak bertanya berapah jumlah ijazah yang kita dapat,berapa jumlah harta yang kita hasilkan. Tuhan akan bertanya: Berapa banyak orang kelaparan yang kita kasi makan, berapa banyak orang kesusahan telah kita tolong” .

Kalimat ini adalah Kalimat Seorang Biarawati yang selama hidupnya dicurahkan kepada kemanusiaan yaitu merawat atau memelihara orang miskin di Calcutta, India. Beliau adalah Mother Teresa atau Bunda Teresa.

Mother Teresa lahir di Makedonia, pada 26 Agustus 1910. Keluarganya adalah keturunan Albania.

Kalimat Beliau tentu diperuntukkan kepada kita semua tanpa memandang suku, bangsa, agama dan ras namun memiliki kepedulian untuk memberi makan dan memiliki kepedulian untuk menolong orang yang kesusahan.

Biarawati (pendiri ordo cinta kasih/charity) ini berbicara kepada kita sangat jelas, dengan alamat yang jelas. Tinggal persoalannya, apakah ada kemauan untuk memerankan diri dalam melakukan peran yang dimaksud. Faktanya memang banyak orang yang memiliki kemampuan tapi hanya sedikit yang memiliki kemauan dan kepedulian.

Mother Teresa satu dari sedikit orang didunia yang memaksimalkan kemampuan dan kemauannya untuk mengatasi persoalan kelaparan dan kesusahan didunia.

Berkat Kerja lembutnya jutaan orang miskin di India merasakan kehadirannya yang nyata dalam tindakan. Beliau memotivasi hingga mengorganisir orang-orang yang memiliki kemampuan dan kemauan memikirkan dan berbuat nyata untuk kemanusiaan.

Beliau sosok yang membumikan ajaran agama yang beliau yakini hingga tiada satupun hari yang beliau abaikan untuk menciptakan senyum bagi Penduduk India.

Mungkin Anda dan saya adalah orang yang dimaksud oleh beliau karena kita termasuk pengumpul – pengumpul Ijazah Akademis yang banyak tetapi hanya bergulat untuk mrmperjuangkan kepentingan pribadi dan keluarga kita.

Mungkin kitalah yang dituju oleh beliau yang seharusnya turut andil mengatasi kesulitan dan kelaparan disekitar kita karena kita memiliki kemampuan tapi hanya sedikit yang memiliki kemauan.

Andai kita berangkat dari komunitas kita sendiri sebagai aktifis buruh menggerakan hingga mengkoordinasikan perjuangan mengatasi persoalan kelaparan dan kesusahan buruh di Indonesia sangat mungkin, kita menjadi Mother Teresia-Mother Teresia yang baru, dimana kehadiran kita dirasakan oleh kaum buruh.

Kita sangat mungkin bisa melakukan peran-peran pengentasan kemiskinan dan kesusahan dengan program – program pengentasan. Banyak pihak atau donatur sosial yang mau bekerja sama, itu tergantung kita.

Buruh yang cerdas, mencerdaskan buruh yang tidak cerdas, buruh yang memiliki kelebihan penghasilan mengatasi persoalan kemiskinan buruh – buruh yang penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya setiap hari.

Bukankah kita tau betapa banyak buruh panggul dan buruh bongkar muat yang menerima upah harian yang sangat minim sementara, diantara kita berkat pendidikan yang tinggi dan memiliki penghasilan yang besar untuk bisa mengatasi persoalan didepan mata kita sendiri.

Mulai saat ini seharusnya kita telah memiliki Program – program pengentasan kemiskinan dan kesusahan bagi buruh – buruh berpenghasilan sangat minim. Bisa saja program tersebut berupa pembagian sembako walaupun sifatnya dijual tetapi dengan harga yang murah bagi mereka.

Bukankah seharusnya kita memiliki program pengobatan gratis hingga pemberian nutrisi sehat bagi keluarga buruh itu.

Program-program seperti ini sangat mungkin bisa kita lakukan walaupun tidak setiap bulan tetapi minimal setiap setahun sekali, baik pada event Peringatan Hari Buruh Internasional, Peringatan Ulang Tahun Organisasi atau pada setiap diselenggarakan Kongres, Munas dan Rakernas. (ANFPP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here