bisa Undang-undang adab dan budi pekerti membentuk kemerdekaan bekerja. Undang-undang akal membentuk kemerdekaan berfikir. Dengan jalan menambah kecerdasan akal, bertambah murnilah kemerdekaan berfikir. – (Buya HAMKA)
Setiap generasi harus menulis sendiri sejarahnya. Ungkapan ini sering kita dengar agar setiap orang mempunyai masanya sendiri. Setiap generasi ada masanya, setiap masa ada generasinya. Hari ini, setelah 15 tahun bersama KPK, saya menulis apa saja yang ada dipikiran saya sambil terus berupaya menciptakan persaudaraan, mencari kawan, dan menjadikannya sebagai perjalanan sejarah hidup. Pun kebenaran, sesuatu yang pasti akan datang sebagaimana seorang Hegel, filsuf Jerman abad 19, meyakini bahwa kebenaran itu bersifat historis.
Menulis tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bagi “orang dalam/calon mantan/calon alumni” seperti saya tidaklah mudah. Tidak mudah karena terikat seabreg norma. Belum lagi soal bias subjektifitas, perspektif, pengalaman, dan posisi berdiri apakah sebagai “pegawai” atau sebagai “WP” yang selama ini saya lakoni. Menceritakan kembali (masa lalu) sebagai sebuah produk sejarah dari “mata” seorang pegawai, ini yang sedang saya coba. Cerita mengenai kedatangan, pergaulan, perdebatan, perbedaan, persaudaraan, dan kepergian dalam sebuah perjalanan ini tidak lahir tiba-tiba, tapi berkelindan dalam sebuah proses dan peristiwa sejarah yang mungkin menguras energi lahir dan bathin. Bahagia, duka lara, bisa datang dalam satu masa, secara bersamaan. Baik dalam pikiran atau dalam tindakan kita.
Perdebatan tentang KPK dan orang-orang yang ada di dalamnya, tidak saja terjadi di luar KPK, tapi juga di dalam tubuh KPK itu sendiri. Saya coba menarik kembali ingatan selama kurun 15 tahun perjalanan (16 Desember 2005-16 Desember 2020), laksana membaca sebuah tesis pembentukan KPK sampai perdebatan teknis menyangkut undang-undang dan mekanisme kerjanya. Dan dalam kurun waktu itu, saya dan tentunya kawan-kawan sejaman ada di dalamnya menjadi saksi dan pelaku sejarah. Suka atau tidak, semua sudah tercatat dengan baik dalam folder memori kita masing-masing.
KPK yang lahir dengan dibidani aktifis pelaku reformasi, dan semangat tokoh pejuang sejaman, lalu tak disangka KPK membesar sebagai antitesis gerakan anti korupsi vs korupsi yang telah merajalela selama orde lama dan orde baru, sampai orde paling baru. Dengan satu harapan: adanya perubahan. Itu juga yang kemudian melatarbelakangi sebagian besar pertimbangan saya memilih jalan (baru) ini. Wallahu’alam bissawab, hanya Allah SWT yang tahu.
Saya berterima kasih kepada semua pegawai KPK tanpa terkecuali yang secara terus menerus dengan sabar bertahan dan mengajari saya banyak hal tentang arti perjuangan. Pada suatu ketika, saya lebih sering “merenung” di perpustakaan dan kadang di Kodir sambil ngupi seperti biasanya. Sampai saat ijin pamit, kepada Pak Sujanarko Jumat , Direktur PJKAKI yg menjadi Bapak sekaligus teman diskusi yang asik. Beliau seperti membaca pikiran saya, tahu persis apa yang saya inginkan.
“Mau kemana, lu?” tanya beliau.
Saya jawab singkat, “Saya ga kemana-mana Pak, hanya ingin doa restu Bapak”. Jawaban normatif saya di saat sikon yang tidak normal.
Lalu kami bercerita tentang banyak hal, saling curhat sebagai bapak dan anak layaknya seorang bapak yang akan melepas anaknya “merantau”. Terima kasih Pak Koko, 15 tahun waktu saya bersama Bapak…itu sangat menjejak dalam perjalanan hidup saya.
Banyak cerita dan cerita, terus cerita yang menjadi inspirasi saya dalam bekerja, menulis, pun berdiskusi dengan kawan-kawan termasuk dengan komunitas, jejaring kerja KPK. Berkat itu pula, kritikan dan sundulan-sundulan saudara-saudara saya di PJKAKI lah bakat saya menjadi dot connector semakin terasah.
Kekeluargaan di PJKAKI tak akan bisa dipisahkan dalam hati saya, bersama dalam kurun waktu 15 tahun, saya dan saudara seangkatan di IM 1 (Indonesia Memanggil Satu) kedatangan saudara-saudara baru, IM 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan yang terakhir paket IM 11-12 yang jenius dan militan-militan. Mereka disambut seluruh gelar kehormatan saat masuk sebagai kaum Radikal bin Taliban…hehehe…Salam Hormat untuk saudaraku semua. Kita akan bersaudara sampai kapan pun. Saya akan merindukan kalian semuanya, saat mengajak, menghimbau, ataupun mengingatkan kawan-kawan, pun agar saya terus bergerak.
Sambil mengingatkan diri, saya ingat semua peristiwa kebersamaan kita di KPK, tentunya bersama jaringan masyarakat sipil, tokoh masyarakat, tokoh agama, budayawan, seniman, penyair, buruh, petani, nelayan, pelajar, dan mahasiswa yg tak pernah berhenti mendukung dan membela KPK. Bukan hanya itu, rasa sayang merekapun kita terima dalam kritikan paling keras, sebagai pelecut agar KPK selalu on the track.
Spesial thanks, untuk gurdians KPK, All WP Member…kalian semua sangat luar biasa, kalianlah The Avenger itu… Game is not end… perjalanan baru di mulai. Salut untuk pejuang-pejuang WP-KPK. Kalianlah guru hidup.
Gibollers, jangan pernah bosan mencari sparing partner, sehatkan jiwa raga dengan terus berbagi kebahagian melalui sepak bola. Teamwork itu belajar dari sepakbola, semua punya peran penting, termasuk penonton dan pengamat.
Jamaah Kodiriyah, kalian adalah sejatinya sahabat. Yang paham kapan harus bicara, kapan harus ngupi. Hehehe…
Dokter Jo, dan tim dokter klinik KPK, karena kalian kami yakin bahwa, kami sehat-sehat saja. Kapan-kapan ajak saya melukis ya Dok J
Sejawat Pramusaji, Pengemudi, Keamanan, Kebersihan, beserta seluruh kerabat kerja yang bertugas, karena kalian semua KPK eksis sampai hari ini. Salam hormat setinggi-tingginya.
Barakallahu, berjalannya waktu, KPK (dulu dan kini) menjadi kenangan berharga dalam sepertiga hidup saya. Baik buruknya sudah menjadi sejarah. Semua sudah terjadi, dan saya bersyukur masih sempat mencatatnya dalam email-email saya. Semesta mendukung, saya bertemu kawan-kawan yang terus memberi dorongan agar cerita ini jangan menjadi arsip saja. (Iklan dulu, dah baca The Email belom…hehehhe)
Saya berterima kasih kepada semua pejuang anti korupsi, mahasiswa, akademisi, aktifis NGO, jurnalis, para tokoh, budayawan, seniman, penyair, kaum tani, buruh, dan nelayan, serta semua unsur masyarakat sipil yang terus menyuarakan perlawanan. Nama kalian semua telah mengukir sejarah bangsa ini.
Akhirnya, melalui kesempatan ini sekali lagi terima kasih untuk semua nama yang pernah hadir dalam perjalanan hidup saya, kok gadang indak basabuik an gala, kok ketek indak baimbauan namo, salam hormat sehormat hormatnya.
Yang saya hormati, Pimpinan KPK mulai dari jilid satu sampai sekarang, seluruh DEWAS KPK semoga terus bersinergi dengan KPK membantu Pak Firli, Pak Nawawi, Pak Alex, Bu Lili, dan Pak Ghufron menyelesaikan dan menuntas amanat reformasi. Bapak dan Ibu Pimpinan KPK adalah orang terpilih, jangan pernah alergi dengan kritikan, sekeras apapun kritikan masyarakat terimalah sebagai doping penyemangat agar kita selalu di jalan yang benar. Meskipun listrik di KPK padam tapi, pemberantasan korupsi tidak boleh padam,sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi saat Hakordia 2020 pagi tadi J
Saya berdoa untuk kita semua, semoga Allah SWT selalu melindungi kita, sehat selalu, dan terus menjaga amanah rakyat dengan baik. Aamiin Yaa Rabbal’alaamiin.
Nan kuriak kundi,
Nan merah sago,
Nan baiak budi,
Nan Indah baso.
Selanjutnya saya akan #Terus Bergerak! melanjutkan apa yang ingin kita perjuangkan walau jalan berbeda, semoga tujuannya tetap sama.
Ini menjadi email terakhir saya, sebelum saya serahkan kepada PINDA J Atas nama NANANG FARID SYAM, saya mohon maaf atas salah dan khilaf, selama bergaul, berinteraksi, dan bekerjasama dengan seluruh insan KPK, langsung atau tidak langsung, sekali lagi mohon di maafkan.
Terima kasih,
Salam Hormat
Nanang Farid Syam
mu094acr@gmail.com