SBSINews – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Agus Widjojo menekankan bahwa isu radikalisme saat ini penting untuk menjadi perhatian pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Pasalnya, kata Agus, radikalisasi di tengah masyarakat memang benar-benar terjadi dan ada upaya dari kelompok tertentu untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara.
Hal itu diungkapkan oleh Agus untuk disetujui oleh Komisi I dari Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon dalam rapat dengar pendapat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Baca juga: Menko PMK: Perguruan Tinggi Boleh Kritis dan Bebas Asal Tak Lewati Batas Ideologi Pancasila
“Kita bertanya apakah kita sudah melihat dampak-radikal dari radikalisasi di lapangan konkret? Itu sangat berbahaya dan sangat terlihat ada usaha-usaha untuk mendukung Pancasila,” ujar Agus.
Awalnya Fadli Zon mengkritik keberadaan pemerintah yang ia anggap kontradiktif.
Di satu sisi pemerintah ingin meningkatkan investasi, khususnya dari luar negeri, untuk meningkatkan sektor ekonomi.
Namun di sisi lain, Pemerintah juga melontarkan isu radikalisme yang harus diwaspadai oleh masyarakat.
Baca juga: Fadli Zon: Pertahanan Kita Harus Bertumpu pada Rakyat yang Terlatih Bela Negara
Menurut Fadli, masalah radikalisme yang tengah berembus malah membuat para investor takut untuk berinvestasi di dalam negeri.
Terkait hal itu, Agus mengatakan, isu radikalisme dan investasi tidak bisa dilihat hitam dan putih.
Terkait, kedua masalah tersebut sama-sama penting untuk dipertimbangkan oleh penerintah.
Ia akan membantah anggapan tentang upaya untuk meredam radikalisme yang akan menimbulkan rasa takut bagi para investor.
Baca juga: Pancasila Relevan Jadi Pijakan Selesaikan Konflik Kekinian
“Jadi antara radikalisme, radikalisasi, dan investasi itu jangan kita anggap sebagai hitam putih. Dua-duanya penting bagi kita untuk memperlakukan,” kata Agus.
“Memang untuk hal ini tidak untuk membuka dalam hitam putih. Radikalisasi saja, atau investasi saja. Kalau radikalisasi itu kemudian mengecilkan investasi, tapi kita lihat kontekstual dan integratif,” ucapnya. (Kompas.com/SM)