Jakarta, SBSINews – Hasil survei Indonesia Network Election Survei (INES) terkait elektabilitas bakal calon presiden 2019 mengejutkan. Pasalnya hasil survei itu berbeda jauh dari sejumlah lembaga survei lainnya.
Hasil survei INES menunjuk elektabilitas Prabowo Subianto jauh mengungguli elektabilitas petahana Joko Widodo (Jokowi) yang dominan masih unggul dari hasil survei lembaga lain.
Hasil penelitian INES tersebut dilakukan pada 12-28 April 2018 melibatkan 2.180 responden yang dipilih secara propersional di 408 Kabupaten dan Kota di Indonesia. Adapun metode penelitian yang dilakukan dengan cara multistage random sampling. Sehingga margin of error dari survei bisa ditekan hingga 2,1%, dan tingkat kepercayaan bisa menvapai 95%.
Populasi survei ini adalah warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di sektor domestik atau publik dengan aneka profesi dan ragam pendidikan serta beragam umur. Tak hanya itu tercatat juga beragam tingkat penghasilan serta latar belakang agama yang berbeda.
Diungkupkan juga, INES melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara yang sistematis serta melakukan cek ulang di lapangan sebanyak 20% kepada seluruh responden.
“Responden menjawsb pertanyaan jika pemilu dilakukan hari ini, maka Prabowo Subislanto dapat jumlah pemilih sebesar 50,20%, Jokowi 27,70%, Gatot Nurmantyo 7,40%, dan tokoh lain 14,70%,” kata Oskar Vitrisnto, Direktur INES.
Oskar juga memaparkan, melalui pertanyaan tertutup, Prabowo Subianto pun tetap unggul jauh dibanding Joko Widodo sebagai petahana.
Lounching hasil survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah Joko Widodo dan peta kekuatan politik menjelang Pemilu 2019 ini diadakan di Mess Aceh, Amazing Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu, 6 Mei 2018. Hasil survei INES juga menandai tingkat kepercayaan publik kepada Prabowo semakin meningkat.
Tak hanya itu, hasil survei untuk partai politik juga mengejutkan, Gerindra mendapat suara terbanyak (26,2 persen) dibanding PDIP (14,3 persen), Golkar (8,2 persen), PKS (7,1 persen), Perindo (5,8 persen), PKB (5,7 persen), PAN (5,8 persen), Demokrat (4,6 persen), PPP (3,1 persen), Nasdem (3,1 persen), Hanura (2,3 persen), PBB (2,1 persen), PKPI (0,9 persen),Berkarya (0,7 persen), Garuda (0,4 persen) dan PSI (0,1 persen).
BACA JUGA: http://sbsinews.id/jelang-seleksi-lanjutan-calon-hakim-pengurus-sbsi-ikuti-pelatihan-pra-ujian/
Dialog
Dalam pengantar dialog, Sri Eka Sapta Wijaya meyakinkan ekektabilitas Joko Widodo sebagai petahana memang pantas melorot, karena menurut Ketua Kepemimpinan Spiritual Indonesia ini, Joko Widodo tidak konsisten mengelola pemerintah dengan seorang pemimpin, tetapi semakin menunjukkan cara pengelolaan sebagai pengusaha.
“Sehingga wajar menimbulkan kekawatiran bagi banyak pihak,” kata Eka Sapta Wijaya alias Gakgendu.
Haris Rusli Moti yang tampil lebih awal pun menanggapi hal senada dengan Eka Galgendu. Sementara Salamudin Daeng justru memperkirakan Joko Widodo tidak bisa ikut menjadi kontestan Pilpres, alasannya sampai hari ini belum bisa dipastikan partai politik mana yang hendak mengusungnya.
“Padahal, kalau mau mendapat dukungan partai pengusung, minimal harus ada uang empat triliun rupiah. sementara Jokowi, kita semua tahu tidak punya duit,” ungkap Salamudin Daeng. (Jacob Ereste)