Kepada Yth,
Bapak Menteri Perhubungan RI
di mana saja engkau berada
bacalah surat ini seperti membaca debar Indonesia.
Kebanyakan dari kami sudah susah hidupnya tapi dalam kesusahan itu kami masih bisa pulang kampung bila seketika anak, Istri, Ibu, Bapak dan saudara kami kangen berjumpa, rindu berkumpul bersama, atau sedang sakit mungkin juga sedang skratul maut mengharapkan kami pulang segera, dikarenakan harga tiket pesawat masih terjangkau dengan gaji kami yang sebenarnya masih tak masuk akal untuk hidup di negara kaya-raya yang merdeka.
Sudah 20 tahun ini kami bila pulang kampung ke Sumatra tak perlu lagi 2 hari 3 malam, naik bis, bila ada perutnya kurang sehat akan muntah beberapakali di jalan, sesampai di kampung wajahnya pucat pasi karena kelahan. Selama 20 tahun itu pula kami dimudahkan naik pesawat dengan harga terjangkau penghasilan hidup kami yang masih rendah dari kebutuhan hidup yang terus mencekik.
Sudah 20 tahun pula selain naik kapal berhari-hari ke Kalimantan, Sulawesi, Papua, menghabiskan waktu, menyiksa badan, dengan naik pesawat hanya dg waktu sehari saja, karena tiket pesawat masih berpihak kepada kemampuan kami yang sebenarnya masih jauh dari sejahtera.
Bapak Menteri, turunkan segera harga tiket domistik ini, jangan sampai sang anak tak sempat melihat orang tuanya sakit dan hanya mendengar kabar mereka sudah dipusara karena tidak mampu naik pesawat lagi, jangan biarkan airport-airport negara tetangga dipenuhi kami, karena untuk sampai ke kampung kami mesti transit ke negara tersebut karena begitu murahnya harga tiket ke luar negeri dibanding tiket pesawat ke kampung sendiri.
Dan Wahai Bapak Menteri, jangan biarkan kami terusir ke masa 20 tahun lalu, terpaksa naik bis berhari2 ,naik kapal bahkan hampir berbulan dengan wajah pucat pasi.karena tak ada lagi pilihan.
Bapak Menteri, bacalah surat ini, sebelum kau membaca berita Aiport negeri ini jadi kuburan.
Depok, 24 Januari 2019
Asrizal Nur