SBSINews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa Indonesia mulai merasakan dampak buruk dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menaikkan bea impor terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar menjadi 25% bulan lalu. Langkah itu dibalas Beijing dengan menaikkan bea masuk terhadap berbagai produk AS senilai US$60 miliar.

Tidak hanya itu, Trump juga mengancam akan mengenakan bea masuk 5% bagi seluruh impor dari Meksiko mulai 10 Juni mendatang.

Aksi saling balas bea impor itu mengguncang perekonomian dunia dan mengganggu rantai pasokan global.

Bank Dunia (World Bank/ WB) bahkan sampai merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 2,6% dari 2,9% yang diperkirakan pada Januari lalu.

“Kalau lihat keseluruhan tema IMF, World Bank, OECD, dan ADB, dalam hal ini mereka sudah liat eskalasi trade war AS dan RRT itu masuk skenario yang tidak baik,” ujarnya di sela-sela open house di Jakarta, Rabu (5/6/2019).

“… yang terjadi selama satu bulan terkahir ini it’s distinguish, berbeda sekali. Tadinya mereka berharap trade war itu tidak akan sampai ke full bloom atau meledak secara penuh seperti yang terjadi sekarang ini karena ada harapan waktu itu negosiasi terjadi,” lanjutnya.

Ia mengatakan perkembangan terbaru ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadi skenario terburuk perang dagang terutama di Juni ini ketika beberapa ancaman mulai diimplementasikan.

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua hingga keempat tahun ini akan terpengaruh dengan tidak lagi ancaman tapi implementasi dari ancaman tersebut.

“Kalau dari Indonesia sebenarnya kita sudah melihat tanda-tanda itu seperti ekspor kita,” katanya.

(Sumber: CNBC Indonesia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here