SBSINEWS  – Transaksi akuisisi BUMN PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) terhadap PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) senilai US$ 917 juta (Rp 13,47 triliun) sudah ketok palu.

Akuisisi itu akan membuat SMGR menjadi pemain utama di tingkat regional Asean. Bagaimana sepak terjang Holcim Indonesia sebelum diakuisisi?  Berikut penelusuran kami dari Tim Riset CNBC Indonesia.

1971
PT Semen Cibinong didirikan oleh Kaiser Cement & Gypsum Corporation asal Amerika Serikat dan International Finance Corporation (IFC) dengan nama PT Semen Tjibinong.

1973
Pembangunan pabrik pertama berkapasitas 600.000 ton/tahun dimulai.

1975
Pabrik pertama tersebut diresmikan Presiden Soeharto dan mulai beroperasi dengan merek Semen Kujang.

1977
Semen Cibinong menjadi emiten pertama di bursa saham dengan menerbitkan 178.750 saham di harga Rp 10.000. Penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) tersebut bersamaan dengan diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia dengan kode saham SMCB.

1988
Kaiser Cement & Gypsum Corporation dan International Finance Corporation (IFC) menjual 49% kepemilikan perusahaan kepada PT Tirtamas Majutama (Grup Tirta Mas) milik Hashim Djojohadikusumo, anak begawan ekonomi Orde Baru Soemitro Djojohadikusumo yang juga merupakan adik dari Prabowo Subianto, saat ini merupakan kandidat presiden dalam pemilihan 2019.

Masa-masa ini diwarnai dengan banyaknya usaha Hashim yang menjaminkan aset SMCB untuk bisnis lain melalui beberapa bank. Tercatat Hashim dan SMCB sering dihubungkan dengan nama Bank Papan Sejahtera, Bank Niaga, Bank Kredit Asia, Bank Industri, dan Bank Pelita.

Nantinya pada 2002, Hashim sempat tersangkut dugaan penggelapan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) karena seharusnya dikucurkan ke kreditur tetapi malah didahulukan ke usahanya sendiri.

1993
SMCB mengakuisisi PT Semen Nusantara yang memproduksi Semen Borobudur. Pabrik yang diakuisisi tersebut awalnya memiliki kapasitas 1 juta ton/tahun.

1995
Semen Cibinong mengambil alih 100% saham PT Semen Dwima Agung Tuban Jawa Timur. Saat itu, Semen Dwima belum beroperasi tetapi sudah memiliki 800 hektare quarry (tambang) di Tuban.

1998
Krisis moneter menghancurkan domino perbankan yang menjamur, termasuk yang mengaitkannya dengan aset SMCB. Ditambah oleh faktor tingkat konsumsi masyarakat yang tertekan, pabrik semen tersebut terkena dampaknya dan mengalami kemunduran serta menumpuk utang yang tidak sedikit.

2000
Holcim Ltd asal Swiss tertarik dan masuk menjadi pemegang saham pengendali.

2001
Proses akuisisi rampung pada Desember 2001 setelah SMCB menggelar penerbitan saham baru (rights issue) sebanyak 6,51 juta saham baru.

2005
Holcim Participation mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya di Semen Cibinong kepada Holdervin BV senilai Rp2,47 triliun. Holdervin BV adalah perusahaan Belanda yang juga induk usaha dari Holcim Ltd.

2006
Nama Semen Cibinong resmi berganti menjadi PT Holcim Indonesia Tbk.

2014

Joko Widodo terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia. Program utama Presiden Joko Widodo adalah membenahi semua persoalan infrastruktur dengan membangun jalan, bendungan dan proyek infrastruktur lainnya. Ini membuat konsumsi semen domestik meningkat.

2015
Induk Holcim Indonesia yaitu Holcim Ltd di Swiss melakukan merger dengan perusahaan semen asal Prancis yaitu Lafarge dan berganti nama menjadi LafargeHolcim Ltd serta dinobatkan menjadi produsen semen nomor satu di dunia.

Pada November, setelah merger LafargeHolcim justru mengumumkan niat melepas aset-asetnya yang ditanggap tidak menghasilkan dan lebih fokus untuk menggarap pasar China dan India. Beberapa faktor yang memengaruhi adalah nilai tukar swiss franc yang menguat sehingga membuat harga jual di luar negeri naik sehingga tidak mampu bersaing dengan produk negara lain.

Perusahaan juga berencana hijrah sama sekali dari negara yang dianggap tidak menguntungkan. Dana dari penjualan aset berniat dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen dan untuk melunasi utang.

2016
Holcim Indonesia mengakuisisi 100% saham PT Lafarge Cement Indonesia senilai Rp 2,13 triliun sebagai hasil konsolidasi dengan Lafarge. Termasuk di dalamnya adalah PT Semen Andalas di Aceh yang diakuisisi sejak 1994 dan selesai direkonstruksi pasca-tsunami pada 2010.

2018
Diluar prediksi produksi semen nasional kelebihan pasokan. Pasalnya progres pembangunan infrastruktur tidak sesuai dengan ekspektasi. Pada Juli, SMCB dikabarkan siap dijual dan sedang mengumpulkan minat dari calon pembeli. November, transaksi rampung dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebagai pengambil alih.

Sumber: CNBC Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here