SBSINews – Ketika adik-adik SLTA ambil bagian turun ke jalan, banyak orang jadi terperangah kaget. Takjub atau bahkan nyaris tak habis berpikir mengapa mereka bisa begitu garang menghadapi sikap aparat yang selalu kita percaya persuasif karena memahami bahwa sesungguhnya aparat itu adalah sosok pengayong rakyat.
Lalu mengapa bia terjadi perseteruan sengit di lapangan, seakan – akan ada dendam yang tidak tertahan ?
Mendengar komentar miris para psikolog dan mereka yang diklaim ahli sosiologi, seperti tak ada jawaban yang paling baik kecuali menyatakan usia belia mereka yang dianggap belum cukup pantas untuk bicara masalah politik, termasuk para mahasiswa yang jadi bulan-bulanan pembicaraan bahwa sebaikya mereka belajar saja yang tekun diruang kuliah. Artinya aksi dan unjuk rasa para mahasiswa itu pun dianggap pamali dan tidak senonoh.
Padahal logikanya adalah para pelajar dan mahasiswa itu melihat tidak berdahanya kaum cerdik pandai serta intelektual kita mengaksentuasikan pandangan dan gagasan politknya guna meluruskan jalan sejarah bangsa dan negara yang mau terjerembab masuk ke dalam jurang kehancuran. Dan akal sehat sepanjang apapun pasti sulit menerima birahi merubah sejumlah undang – undang sekaligus dalam waktu relatif singkat dan tanpa melakukan sosialisasi yang cukup untuk memberi kesempatan partisipasi dan keterlibatan masyarakat. Sebab apapun bentuk hukum, undang-undang serta peraturan yang dibikin oleh legislatif dan eksekutif republik ini semua harus dipahami untuk kebaikan dan kenyamanan rakyat yang telah meminjamkan mandat untuk mengurus dan mengelola kepentingan orang banyak.
Lalu mengapa mahasiswa itu kemudian mendapat simpati dan dukungan dari kalangan pelajar untuk meneruskan perjuangan yang luhur itu ? Agaknya, cara berpikir kita yang selalu merasa benar perlu disadari untuk dikoreksi. Pesan orang bijak mungkin masih bisa diingat bahwa untuk melihat sesuatu secara baik dan sempurna tidaklah baik hanya dilihat dari satu sisi. Sebab perspektif pandang yang bisa mendekati kebenaran hanya mungkin dapat lebih bagus bila diteropong dari berbagai sudut pandang. Jadi sungguh tak bijak menghakimi secara sepihak hanya menurut pandangan akal sehat yang dangkal.
Bagi saya, pelajar dan magasiswa itu punya hak yang sama dengan kita yang sudah merasa lebih dewasa dan berhak untuk mengekspresikan pandangan dan sikap politik mereka dalam bentuk yang terbaik bagi mereka dan juga bagi kita.
Jakarta, 26 September 2019