Oleh: Prof. Dr. Muchtar B. Pakpahan, SH., MA.

Pada tahun 1990 – 1993 Saya melakukan penelitian dan penulisan disertasi Ilmu Hukum Tata Negara di UI Jakarta. Disertasi menjadi buku dengan Judul DPR SEMASA ORDE BARU, penerbit Sinar Harapan 1994.
Satu topik penelitian saya adalah mengenai peristiwa G.30.S yang kemudian melahirkan Orde Baru.

Sebagai sumber informasi penelitian, Saya menonton film G.30.S, saya mewawancarai beberapa tokoh antara lain: Suhardiman, TB Simatupang, Johannes Leimena, saya membaca dokumen media Kompas dan Sinar Harapan, dan membaca beberapa buku antara lain tulisan Cindy Adam tentang Sukarno dan ada professor Sejarawan dari Amerika Serikat yang menulis buku The Role of CIA to topple Sukarno yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia Peranan CIA Menggulingkan Sukarno. Saya cari diperpustakaan saya tidak ketemu, mungkin ada pembaca yang bisa bantu saya.

Dari semua sumber informasi tersebut yang tidak terbantahkan bahwa pelaku pembunuhan 6 Jenderal dan satu perwira pertama adalah Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang menjabat sebagai Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa (pasukan pengawal presiden yang kira-kira sama dengan Paspamres sekarang). Dalam melakukan aksinya Untung dibantu beberapa perwira tinggi.

Dari Semua bahan yang didapat dari sumber-sumber informasi memunculkan pertanyaan serius. Siapa sebenarnya di belakang Letkol Untung Syamsuri? Atau siapakah otak atau dalang yang mendorong Letkol Untung Syamsuri melakukan pembunuhan (dader intelectual). Apakah Sukarno bersama PKI atau apakah CIA/Amerika Serikat bersama Suharto ? Apa kepentingan dan tujuannya ?

Dari data yang terkumpul:
1. Letkol Untung Syamsuri sangat dekat dengan Mayjen Suharto.

2. Tidaklah masuk akal presiden Sukarno memerintahkan/menyuruh Letkol Untung membunuh panglimanya.

3. Amerika Serikat benci sama Sukarno, karena dengan gagasan ekonomi berdikarinya Sukarno Amerika Serikat tidak berhasil mengelola kekayaan alam Indonesia. Serta begitu Suharto menjadi Pj Presiden 1967, barulah Amerika Serikat mendapatkan Caltex, Freeport, exon mobil Aceh Utara dll.

4. Amerika Serikat membantu pemberontakan PRRI dan Permesta.

5. Suharto pernah dipecat dari Pangdam Diponegoro oleh Ahmad Yani karena bersama Lim Sio Liong menyelundupkan beras. Ini patut disangkakan menimbulkan dendam.

6. Opini yang timbul bahwa Letkol Untung Syamsuri membunuh 7 Perwira TNI itu adalah karena mereka anti komunis. Suharto tidak ikut direncanakan dibunuh berarti Suharto sahabat komunis atau setidaknya Suharto tidak anti komunis.

7. Di buku itu ditulis, sudah sejak tahun 1959, Suharto dibina CIA melalui Kolonel Kawilarang.

Dari data itu secara ilmiah hukum dapatlah saya simpulkan bahwa Presiden Sukarno tidak terlibat menyuruh Letkol Untung Syamsuri membunuh 7 Jenderal. Tetapi adalah meyakinkan bahwa CIA/Amerika Serikat terlibat. Sedangkan Suharto alatnya CIA/Amerika Serikat.
Memang amat sulit membaca gerakan intelijen.

Jenderal TNI AD Yoga Sugama mantan Kepala BAKIN pernah mengatakan kira-kira begini, kalau kami intelijen ini, dapat melahirkan hantu, lalu terus menerus kami katakan ada hantu, semua orang percaya ada hantu dan takut pada hantu tersebut, dan lama kelamaan kami sendiripun ikut percaya ada hantu itu dan kemudian kamipun takut pada hantu ciptaan itu.

Saya mengalami apa yang dikemukakan Jenderal TNI AD Yoga Sugama. Pemerintah dan ABRI (sekarang TNI dan Polri) berulangkali mengatakan SBSI organisasi yang dipimpin Muchtar Pakpahan adalah PKI baru, Organisasi Bawah tanah dan Organisasi Tanpa Bentuk.

Kemudian ditambah lagi dengan mengkelirukan riwayat hidup saya, kata ABRI nama saya yang sebenarnya adalah Bebas Pakpahan dengan tujuan mengkelirukan jejak, dan lahir di Bandar Betsi, tempat Ayah Saya melakukan pemberontakan. Hingga sekarang masih ada mantan petinggi TNI dan tokoh sipil yang mempercayai itu. Padahal yang benar adalah SBSI tidak komunis tetapi Sosdem, saya lahir di Bahjambi tidak di Bandar Betsi dan nama lengkap Sidi dan Ijajah SR Saya (sekarang SD) adalah Muchtar Bebas Pakpahan.

Sekarang sepertinya ilmu intelijen hantu itu juga yang dipergunakan Sdr. Jenderal Purn Gatot Nurmantyo. Komunis adalah jualan yang tidak laku lagi sekarang untuk merebut kekuasaan. Carilah issu yang cerdas dengan dasar konstitusi. Sesungguhnya komunis sudah mati, dan hantunya pun tidak ada yang gentayangan. Serta saya sendiri sebagai Sosdem ? Tidak percaya dan tidak tertarik komunis. Kepada orang yang masih yakin SBSI adalah komunis, hapuslah keyakinan itu dari pikiranmu dan otakmu. SBSI dan saya pribadi akan tetap berbuat sebagai buah kesetiaan kepada NKRI berdasarkan Pancasila.

Prof. Dr. Muchtar B. Pakpahan, SH., MA. Guru Besar UTA45 & Ketua Umum SBSI

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here