Oleh: Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd.I
SBSINews – Disiplin adalah modal yang dibutuhkan bangsa ini dalam menghadapi pandemi Covid-19.
“Tidak ada yang mampu mengalahkan manusia-manusia yang disiplin.” Kalimat itu diucapkan oleh Nathan, komandan pelatih yang didatangkan investor pembangunan jalan rel kereta api di Jepang dalam era Restorasi Meiji. Nathan berusaha meyakinkan atasannya dan pengusaha infrastruktur pembangunan rel kereta api bahwa pasukan yang dilatihnya tak akan mudah menaklukkan pemberontak (Samurai). “Saya tak pernah menyaksikan disiplin yang lebih kuat dari apa yang dimiliki oleh para Samurai,” katanya. Namun atasannya tak menggubrisnya. Kendati pasukan belum siap, mereka tetap dikirim ke medan pertempuran. Akibatnya jelas, pasukan bersenjata api itu kocar-kacir, satu persatu mereka tewas di tangan Samurai. Tak terkecuali Nathan, ia pun menjadi tahanan Samurai. Ketika menjadi tahanan, Nathan diperlakukan secara manusiawi dan menyaksikan sendiri apa yang menjadi kekuatan mereka, yaitu disiplin diri.
Disiplin, itulah modal yang dibutuhkan oleh bangsa ini, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini. Disiplin untuk selalu menjaga jarak, disiplin untuk menggunakan masker, disiplin untuk mentaati seluruh himbauan pemerintah dalam suasana pandemi ini. Warga negeri ini yang punya kebiasaan kumpul (sampai-sampai ada pepatah jawa yang berbunyi, “mangan ora mangan kumpul”), harus disiplin untuk sementara tidak kumpul-kumpul. Warga negeri ini yang tidak terbiasa menggunakan masker, khususnya ketika sakit batuk pilek, harus disiplin untuk menggunakan masker. Warga negeri ini yang tidak biasa cuci tangan setelah beraktivitas, harus disipilin untuk cuci tangan hampir di setiap tempat yang dihampirinya. Pandemi Covid-19 sedang mengajarkan warga bangsa ini untuk membentuk disiplin diri.
Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd.I
Setidaknya ada tiga jenis disiplin yang perlu kita kenal untuk membentuk diri menjadi manusia yang disiplin. Ketiga jenis disiplin itu menimbulkan akibat yang berbeda-beda, dan tentu saja sumbernya juga berbeda. Pertama, forced discipline. Disiplin yang dipaksakan ini digerakkan dari luar oleh pemerintah, lembaga tempat bekerja, orangtua, guru, trainer atau pelatih. Saat ini, kemungkinan besar banyak warga negeri dan juga negeri lain ini sedang dipaksa untuk disiplin. Sehingga ketika pandemi ini nanti berakhir, maka kemungkinan besar banyak yang kembali tidak disiplin. Disiplin sebelumnya dilakukan hanya karena ada pandemi Covid-19. Setelah pandemi berlalu, maka perilaku-perilaku tidak disiplin akan muncul kembali, termasuk perilaku yang dapat memunculkan wabah penyakit seperti Covid-19, seperti makan binatang-binatang liar pembawa virus.
Kedua, Self Discipline. Disiplin ini berasal dari dalam diri masing-masing yang dibentuk secara bertahap dan melawan ketidaknyamanan-ketidaknyamanan diri. Menggunakan masker ketika batuk pilek itu bagi sebagian orang mungkin tidak nyaman. Alasannya bisa karena susah bernafas jika pakai masker, atau karena harus mengeluarkan biaya untuk beli masker. Cuci tangan secara rutin khususnya setelah beraktivitas juga membosankan bagi sebagian orang. Apalagi yang kerjanya tiap harus ketemu dengan banyak orang, seperti kerja di sekolah, kampus, dan tempat lainnya. Namun, jika kita mampu mengatasi ketidaknyamanan-ketidaknyamanan yang muncul ketika bersikap disiplin, maka perilaku-perilaku disiplin yang kita munculkan pada situasi pandemi saat ini akan terus berlanjut ketika pandemi ini berlalu. Tempat-tempat kerja di sekolah, di kampus, dan tempat lainnya misalnya, akan memperbanyak tempat-tempat untuk cuci tangan lengkap dengan sabun atau handsanitizer, sebagai upaya untuk melanjutkan kedisiplinan cuci tangan.
Baca juga: Bersiap-siap Kembali Normal
Ketiga, Indisiplin. Ini adalah perilaku tidak berdisiplin. Masyarakat yang tidak menaati himbauan atau peraturan pemerintah di masa pandemi ini, masyarakat yang masih saja berkumpul-kumpul atau membuat kerumunan, dan seterusnya adalah contoh yang dimaksud. Manusia yang seperti ini tidak akan mendapatkan tempat dalam masyarakat. Manusia yang seperti ini senang berkelit jika diminta untuk disiplin. Alasannya macam-macam.
Hampir tiga bulan (sejak Maret yang lalu) upaya disiplin diri terus dilakukan warga negeri ini. Himbauan dan arahan terus didengungkan agar masyarakat mematuhi peraturan pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini. Jika masyarakat patuh dan disiplin, maka menurut prediksi pemerintah, pandemi ini dapat dikendalikan pada bulan Juni dan Juli mendatang. Maka penting bagi setiap warga negeri ini untuk mendukung pemerintah dalam menghadapi pandemi ini dengan bersikap disiplin secara sadar (self discipline). Disiplin diri hanya dapat dibentuk dengan latihan secara terus menerus. Ibarat otot yang baru menjadi kuat dan besar kalau dilatih, maka disiplin diri pun memerlukan latihan.
Jika masyarakat patuh dan disiplin, maka menurut prediksi pemerintah, pandemi ini dapat dikendalikan pada bulan Juni dan Juli mendatang.
Bentuk disiplin yang paling berat yang harus dijalani oleh masyarakat pada masa pandemi ini mungkin larangan mudik. Mudik adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh warga negeri ini menjelang lebaran idul fitri khususnya. Diperkirakan ada sekitar 23 juta warga yang mudik pada tahun 2019 lalu. Disiplin untuk tidak mudik ini kemungkinan sulit untuk tidak dilakukan jika masyarakat belum menjalani disiplin-disiplin yang lain. Namun, jika masyarakat senantiasa patuh dan disiplin terhadap himbauan dan peraturan pemerintah, maka larangan untuk mudik ini akan dapat dijalani dengan sikap disiplin diri. Wallaahu a’lam bi ash-shawab. (Arbaswedan.id)
Zulkifli, S.Pd.I., M.Pd.I
Pendidik di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta