SBSINews – Menurut Clifford Geertz kata “santri” berasal dari kata Sanskerta “शास्त्रिन् (sastrin)” yang berarti “kaum terpelajar”. Mereka disebut sebagai kaum terpelajar, karena mereka belajar ilmu pengetahuan, yang dalam bahasa Sanskerta disebut “sastra”. Karena belajar sastra, mereka disebut sastrin. Akhirn -n dalam kata ini menunjuk pada personalnya. Ada kemungkinan kata “sastrin” ini mengalami perubahan bunyi menjadi “santri”.

Namun ada pula yang berpendapat lain. Menurut kebanyakan orang Jawa, kata santri ini berasal dari kata dalam bahasa Jawa “cantrik”. Kata cantrik ini ditujukan kepada murid yang mengikuti seorang guru atau mereka yang menetap di padepokan gurunya untuk belajar ilmu. Mereka yang menjalani proses belajar ini dinamakan “nyantri(k)”.

Jika ditelusuri lebih jauh, kata “cantrik” juga berasal dari bahasa Sanskerta. Kata ini berasal dari kata ‘छात्र (chatra)’ dalam bahasa Sanskerta yang artinya ‘murid/sisya’. Sebagaimana dikisahkan dalam sejarah Hindu (Itihasa/Purana), seorang chatra (murid) akan tinggal (mondok) di asrama gurunya untuk belajar Weda. Dhomya, Drona, Wasistha, Wiswamitra, dan banyak Rsi dalam kisah-kisah tersebut menerapkan sistem asrama/pemondokan bagi murid-muridnya.

Sistem asrama/pemondokan sebagaimana dikisahkan di atas, hingga saat ini menjadi model yang baik dalam pendidikan para santri. Indonesia adalah gudangnya pesantren. Banyak lulusan santri di negeri ini yang akhirnya bisa menjadi pemimpin bangsa. Pesantren Salafiyah yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini sudah terbukti bisa mendidik kaum-kaum terpelajar yang tidak hanya mencintai agamanya tetapi juga mencintai bangsa dan negaranya.

Hubbul wathan minal iman حب الوطن من الإیمان (Nasionalisme adalah sebagian dari iman) adalah hal yang harus dijunjung tinggi oleh para santri. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ketua Umum PBNU, KH. Said Agil Siroj dalam berbagai kesempatan.

Pemerintahan Jokowi pun telah mengakomodir dengan menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari Santri Nasional. Dengan pengakuan negara tersebut harapannya tentu semangat ‘hubbul wathan minal iman’ di kalangan para santri harus lebih kuat untuk bisa mewujudkan tidak hanya ukhuwah islamiyah, tetapi juga ukhuwah wathaniyah (basariyah) dan ukhuwah insaniyah. Semoga melalui Hari Santri Nasional tahun 2019 ini ukhuwah wathaniyah (basariyah) dan ukhuwah insaniyah di kalangan seluruh masyarakat Indonesia ini akan selalu terjaga dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.

SELAMAT HARI SANTRI NASIONAL

KRHT
22-10-2019.

(ANFPP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here