Diam-diam acara safari demokrasi sudah dimulai, meski pesta demokrasi itu sendiri masih cukup lama.
Adakah cara ini yang dimaksud mencuri start, mungkin ini bukan tugas kita untuk menghakiminya.
Biarlah itu semua jadi bagian pekerjaan Panitia Pengawas atau Petugas Pemantau Pemilu yang mendapat amanah untuk itu.
Potensi untuk mencuri start dalam pesta demokrasi, ini jelas lebih gampang dilakukan oleh inkamben. Dengan dalih, turba, sosialisasi atau kunjungan dinas dan sejenis, maka kampanye terselubung pun dilakukan.
Itu patut dicurigai adanya tindakan untuk menumpangkan biaya kampanye terselubung itu dengan menggunakan uang negara.
Bagi pendatang baru itu relatif sulit untuk bersaing dengan inkamben. Termasuk pemain lama dalam kontestasi Pemilihan Legislatif.
Kekecualian bagi calon yang sedang menjabat itu memang terbilang songong. Sejak terpilih tidak lagi pernah memberi perhatian pada konstituenya.
Demikian pula untuk calon Presiden, jadi dianggap lucu bila mengunjungi segmen pendukung saat menjelang pemilihan berlangsung.
Upaya merebut simpati serupa ini bagi warga masyarakat pemilih sudah dianggap usang. Masyarakat tidak terpengaruh, karena pilihan yang diungulkan sudah mereka tetapkan sebelum pemilihan.
Itulah sebabnya, mereka yang main duit bisa sangat kecewa. Warga masyarakat sudah pendai bersikap, ambil uangnya, pilihan sesuai nurani yang sudah ditetapkan.
Jadi untuk peserta Pemilu yang songong yang hanya mau enak sendiri tanpa pernah memperjuangkan kepentingan rakyat. Mereka pantas mendapat ganjaran kekecewaan, tidak dipilih untuk selamanya.
Toh, rakyat sudah paham. Masih banyak figur lain yang memiliki kepedulian terhadap orang banyak dan mau memperjuangkan aspirasi rakyat, bukan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.
Begitulah cara rakyat bersikap. Ambil uangnya, tetapkan pilihan hati kita sendiri. Dan jangan pernah mau ditipu dengan gerilya mereka yang cuma getol saat menjelang Pemilu. Mereka itu jelas penipu.
Ya, begitulah safari politik menjelang Pemilu. Jelas beda dengan safari demokrasi yang sungguh hendak membangun kesadaran dan pemahaman rakyat. Bukan cuma hendak mengkadali rakyat.
Banten, 22 Agustus 2018
Oleh: Jacob Ereste
Pembina Utama Komunitas Buruh Indonesia & Wakil Ketua F.BKN SBSI