SBSINews – Risma Buang Sampah Jadi Listrik, Anies ‘Buang Duit’ Jadi Sampah?
Surabaya yang dipimpin oleh seorang walikota bernama Tri Rismaharani menjadi sorotan dunia. Soal pengolahan sampah Surabaya pun menjadi percontohan dunia, soal ruang publik pun demikian, dan masih banyak kesuksesan Risma yang menjadikan Surabaya layak dijadikan contoh oleh dunia, bukan untuk daerah-daerah di Indonesia saja.
Risma yang terpilih dua priode di Surabya, bukan hanya mengurusi hal besar saja, tapi hingga hal terkecil pun dia pastikan berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diprogramkannya. Oleh sebab itu sudah biasa melihat Risma blusukan hingga jebur parit.
Soal sampah yang menjadi masalah hampir di seluruh dunia, bahkan Risma pun sudah memulai menjadikan sampah tak berguna yang membawa sejuta masalah menjadi sebuah berkah dengan mendaur ulangnya menjadi energi yang dibutuhkan oleh kita semua, yaitu listrik.
Risma yang baik koordinasinya dengan pemerintah, walikota yang tak membangkang dan support program pemerintah tentu menjadikan wajar ketika program pemerintah berjalan baik di Surabaya. Begitu pula dengan program PLTSa.
Berkat Surabaya keren di mata dunia, menjadi sangat mudah menarik investor untuk Surabaya, termasuk dalam rangka mengolah sampah menjadi listrik. Pada Selasa kemarin, Risma pun menghadiri rapat kabinet terbatas di Istana kepresidenan untuk membahas hal tersebut.
“Kalau (PLTSa) di Surabaya sudah 80 persen di PLTSa Benowo. Kami tinggal kontrak antara PT SO selaku investor, PLTSa dan PLN,” kata Risma, di Balai Kota Surabaya, Rabu (17/7/2019).
“PLN menyampaikan, mudah-mudahan bulan Juli ini kelar. Kalau kelar, November akan diresmikan. Nanti di sana (PLTSa) jadi 11 megawatt,” ujar Risma.
Sebenarnya menurut Sekretaris Kabinet, ada daerah lain juga yang siap untuk proyek tersebut, yaitu Solo, Bekasi dan juga DKI Jakarta. Presiden Jokowi juga sudah memberikan jaminan hukum bagi kepala daerah untuk mewujudkan PLTSa tersebut. Namun kalau untuk DKI Jakarta, jika masih dipimpin oleh Anies yang kerap menyudutkan pemerintah secara gak langsung, saya jadi gak yakin, apakah kerja sama antara pusat dan daerah dapat berjalan dengan baik?
Kalau untuk Solo, saya yakin pasti bisa, karena walikota Solo sendiri adalah mantan wakilnya Jokowi ketika menjadi walikota Solo selama dua priode ketika dulu.
Sebenarnya banyak program daerah yang memang dari pemerintah pusat dan pasti melalui campur tangan pemerintah pusat. Belum lama ini bahkan menteri PUPR sudah teken MoU dengan Korea Selatan dalam rangka menanggulangi banjir DKI Jakarta. Oleh sebab itu sangat penting koordinasi terjalin dengan baik antara pusat dan daerah.
Tiba-tiba saya ingat program Fast track untuk jemaah haji dimana dianggap sebagai kerja keras Anies Baswedan karena yang menjadi uji coba program tersebut adalah DKI Jakarta. Para pembenci Jokowi nyinyir dan meledek Jokowi dengan memuji Anies. Dan seperti biasa ada yang memanggilnya Gubernur Indonesia dan lain sebagainya. Padahal program Fast track yang memudahkan jemaah haji tersebut adalah program pemerintah yang diuji coba di DKI Jakarta dan selanjutnya akan diberlakukan juga di berbagai daerah di Indonesia.
Memang serba salah sih sebagai pendukung Anies, karena kalau mau membanggakan apa yang sudah dilakukan di Jakarta, hampir semua yang dia janjikan gagal. Dari rumah tapak DP 0 rupiah bagi warga miskin gagal. Menolak Reklamasi teluk Jakarta pun berakhir pada penerbitan IMB pulau reklamasi. Kalo gak klaim program pemerintah pusat, saya rasa berat bagi Anies untuk membuat para pengikutnya mempunyai amunisi untuk melambungkan nama Anies.
Bahkan kebijakan sederhana yang diambil Anies pun kerap membuat netizen tertawa dan ramai, misalnya kebijakan menutup kali item dengan waring supaya gak bau. Kebijakan yang dianggap konyol tersebut pun menelan biaya setengah miliar, namun pada akhirnya waring pun menjadi sampah karena tak ada perhitungan jangka panjangnya.
Selain kebijakan waring, bahkan yang terakhir dan masih hangat mengenai pembuatan patung bambu getah getih yang memakan biaya 550 juta pun akhirnya dibongkar setelah berusia 11 bulan. Pada akhirnya, uang setengah miliar yang diinvestasikan dalam bambu getah getih pun menjadi sampah. Udah ah, itu aja…(Sumber: seword.com)
Cak Anton