“Tidak ada paksaan dalam agama (Islam)” selaras dengan prinsip penciptaan dan pemberian wewenang tentang kebebasan manusia, dari Tuhan. Karena itu “bebas merdeka” adalah kodrat sekaligus bersifat fitrah bagi manusia.
Akan tetapi “Tidak ada paksaan dalam agama” bukan berkait langsung dengan respon manusia terhadap perintah dan larangan (Fiqh) melainkan jauh lebih hakiki berkaitan langsung dengan makna dari sifat “kepasrahan/kerelaan/ketundukan” (Islam), dimana sesuatu disebut “rela” karena datang dari dalam diri, bukan karena perintah atau tekanan dari luar.
Seseorang mungkin bisa mengalahkan/menundukkan orang lain dengan kekuatannya, tetapi ia hanya memenangkan separuh pertarungan. Sebab bisa saja secara fisik ia tunduk tetapi jiwanya tetap menentang. Begitu juga jika seseorang ditundukkan oleh ancaman akan hukuman, itu tidak ideal sebab tidak ada seorangpun yg mencintai orang yg menghukumnya. Kita tentu menolak untuk menyembah Tuhan yg senang mengancam ngancam dan menyiksa orang. Apakah Tuhan seperti itu patut untuk disembah?
Karena itu “Tidak ada paksaan dalam agama” berbicara tentang “Kesadaran” manusia untuk kembali selras dengan fitrahnya ataupun eksistensinya sebagai seorang hamba. Tidak ada hukuman Tuhan, Tuhan tidak memghukum karena pelanggaran pada kewajiban kewajiban. Melainkan itu semua karena konsekwensi atau akibat dari pilihan perbuatan manusia sendiri.
Sesuatu itu disebut Islam (pasrah/berserah diri) karena sikap itu datang dari (kesadaran) dalam diri, bukan melakukan sesuatu karena dicambuk atau disodok sodok baru bergerak seperti kambing.
Kita harus tahu jika sesuatu mewujud karena dorongan dari dalam hasilnya adalah kehidupan, tetapi jika ia mewujud karena tekanan dari luar hasilnya adalah kematian. Contohnya seperti telur yg menetas dan yg pecah.
Itulah sebabnya mengapa ada banyak orang yg dididik oleh seorang guru dan menghasilkan kematian (kreatifitas). Karena ia dibuat paham dan dicetak oleh gurunya. Proses mentalnya terhambat, potensinya mati. Tetapi jika guru dapat memberikan pemahaman kepada murid muridnya agar mereka mengerti melalui diri mereka sendiri, maka sang murid itu akan tumbuh.
Begitulah kita beragama tanpa paksaan yg menyadarkan kita menaklukan dunia ini dengan aspirasi bukan dengan tekanan dan ancaman.
Redaksi SBSINEWS
Jumat 05 Agust 2022