Oleh: RP. Frans Borta Rumapea,O.Carm
Orang Kristen di seluruh dunia merayakan Hari Raya Kenaikan Tuhan, tepatnya pada Kamis (30/5/2019).
Bagi Gereja Katolik pada tahun ini, perikop permenungan diambil dari Kisah Para Rasul yang mengatakan: “Yesus terangkat disaksikan oleh murid-muridNya, sampai awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Yesus naik, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
dan berkata kepada mereka, Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri menatap langit? Yesus yang terangkat ke surga meninggalkan kamu ini akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu lihat Dia naik ke surga” (Kis 1:11).
Selanjutnya dalam Injil Lukas dikatakan bahwa “Yesus membawa murid-murid ke luar kota sampai dekat Betania. Di situIah mengangkat tangannya dan memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke surga (Luk 24:50).
Dua kutipan di atas menunjukkan bahwa peristiwa Yesus naik ke surga adalah peristiwa sejarah, dalam arti benar benar terjadi.
Tetapi bagi orang Kristen peristiwa Kenaikan Yesus ke surga bukanlah sekedar peristiwa sejarah tetapi terutama peristiwa iman yang mempengaruhi perjalanan Gereja Kristus selanjutnya. Kenaikan Tuhan Yesus adalah suatu misteri iman, yang tak dapat ditangkap dengan mata. Kenaikan Tuhan berarti Yesus terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah. Yesus yang disalibkan, tetapi yang hidup kembali sekarang menjadi Raja bersama Bapa. Kepadanya diberikan segala kuasa baik di surga maupun di bumi. Kematian Yesus di salib sungguh melumpuhkan iman para rasul.
Para rasul tercerai-berai, ketakutan, dan kembali ke pekerjaan mereka semula. Yesus seolah-olah hanya masa lalu saja. Itulah sebabnya Santo Paulus berkata: “Kalau Kristus tidak bangkit, sia- sialah kepercayaan kita. Kalau Kristus tidak naik ke Surga, tidak ada Kekristenan.
Sesudah Yesus bangkit dari mati, tidak mudah juga bagi para Rasul untuk percaya. Sesudah bangkit , selama 40 hari ada sebanyak 17 kali Yesus menampakkan diri kepada para Rasul untuk meyakinkan mereka
bahwa Yesus sungguh telah bangkit. Kesedihan yang berat dan rasa putus asa tidak mudah bagi para rasul untuk percaya. Begitulah juga pengalaman manusia; kesedihan yang “terlalu” berat bisa membutakan
hati dan iman.
Kenaikan Tuhan ke surga adalah tongkat penting dalam Kekristenan. Iman para rasul pulih kembali. Para rasul menjadi semakin berani meski banyak mengalami kesulitan dan penderitaan.
Bagi orang Kristen kenaikan Yesus yang disebut Mesias ke surga adalah bukti lain bahwa Yesus telah mengalahkan kematian.
Penampakan jasmani Yesus telah berakhir dan akan diganti dengan penampakan rohani, kehadiran rohani dalam hidup sehari-hari, doa, dan ekaristi.
Kenaikan Yesus ke surga memberikan mandat jelas kepada para rasul untuk menjadi saksi-Nya.
Sebelum naik ke surga, Yesus menyatakan kepada para murid bahwa mereka adalah saksi atas diri-Nya. Para murid diharapkan menjadi saksi perihal siapakah Yesus itu dan saksi akan pengampunan dosa. Mereka harus memberi kesaksian bahwa Tuhan Yesus telah menderita sengsara, wafat disalib, dan pada hari ketiga
dibangkitkan. Para rasul juga harus memberi kesaksian bahwa pengampunan dosa dan pertobatan telah diwartakan kepada seluruh umat manusia dengan kedatangan Tuhan Yesus.
Kesaksian yang pertama tidak sulit bagi para Rasul untuk menyampaikannya, karena mereka mengalami sendiri peristiwa itu. Suatu peristiwa yang benar benar terjadi bukan fiksi atau khayalan belaka. Sejarah membuktikan bahwa para Rasul dan orang Kristen awali banyak yang menjadi martir, juga tak lepas dari keberanian
mereka mewartakan Kristus yang tersalib.
Sedangkan kesaksian akan pengampunan dosa adalah kesaksian yang lebih mendalam yang berasal dari pengalaman iman bukan hanya sekedar ingatan akan peristiwa. Tidak cukup hanya meneruskan apa yang dilakukan oleh Yesus selama hidupnya terhadap para pendosa tetapi terutama mereka sendiri harus mempunyai kesadaran bahwa mereka sendiri adalah juga pendosa yang diampuni oleh Yesus. Dengan
demikan para Rasul harus hidup dalam semangat pengampunan terhadap yang lain. Dengan demikian pewartaan mereka akan semakin efektif, karena mereka tidak hanya berbicara tetapi terutama mengimani dan menjalankan mandat tersebut.
Para sadaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, kiranya mandat dan kuasa yang diberikan Yesus kepada para Rasul kurang lebih 2000 tahun yang lalu, sekarang ditujukan kepada kita yang menyebut diri pengikut
Kristus. Banggakah Anda? Bahagiakah Anda? Tidak selalu mudah menjadi orang Kristen saat ini, tetapi hal itu tidak berarti dapat melepaskan diri dari menjadi saksi Kristus. Siapapun kita, dimanpun kita, sebagai orang Kristen kita semua mempunyai tugas yang sama yakni menjadi saksi wafat dan kebangkitan Yesus dan menjadi saksi hidup Yesus yang berbelas kasih. Merayakan kenaikan Tuhan ke surga berarti juga menerima perintahnya. Perayaan ini juga berarti perayaan penerimaan tanggungjawab untuk menjadi pewarta Injil.
“Yesus tidak meninggalkan kita ketika Ia naik ke surga. Meskipun di surga, Ia juga
ada bersama kita” (St. Agustinus). (Sumber: tribun-medan.com)
RP. Frans Borta Rumapea,O.Carm, Sekretaris Jendral Keuskupan Agung Medan.