Kekayaan khazanah Islam dalam berbagai keilmuan rasanya semakin sulit untuk dipelajari secara menyeluruh.
Apalagi jika dibandingkan dengan keawaman kita yang semakin lama semakin jauh dari jaman Rosulullah SAW dan para Sahabat RA.
Dalam sebuah majlis di Jakarta pada tahun 2008, Shuniyya menyempatkan waktu untuk bertanya kepada Mbah Wali Gus Dur.
” Gus, bagaimana cara memahami Islam yang paling mudah, biar kami yang awam bisa tahu benar atau salah. Apalagi sekarang banyak yang obral dalil?”
” Gampang saja, ” dhawuh beliau dengan gaya khas sambil jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja seperti biasa.
” Kalau kita percaya Islam itu rahmatan lil ‘alamin, maka semua yang bertentangan dengan kriteria rahmatan lil ‘alamin ya pasti salah. Bukan dalilnya yang salah, tapi penempatannya yang nggak pas, ” dhawuh beliau.
Mengetahui Shuniyya yang malah tambah bingung tidak faham maksudnya, beliau memberi contoh kasus.
” Misalnya, kita percaya Islam itu memuliakan wanita. Maka semua ulasan dalam Islam yang menyudutkan wanita pasti salah, sekalipun pakai dalil-dalil. Itu pasti salah cara mengambil dan menerapkan dalilnya, ”
” Misalnya, kita percaya Islam itu menjunjung tinggi kemanusiaan, maka mau pakai dalil apapun kalau sampai menghina atau merendahkan manusia karena agama, suku atau golongannya, pasti itu salah ngambilnya”.
Subhanallah… luar biasa sekali. Cuma bisa bengong mendengar penjabaran dari Mbah Wali Gus Dur. Rasanya akal dan hati ini seperti mendadak terang.
Kemudian ada sahabat yang bertanya, “Terus kalau ada yang bilang manusia itu harus taat sama agamanya bagaimana, Gus? ”
Sambil terkekeh Mbah Wali menjawab, ” Taat kok sama agama. Taat itu ya sama Gusti Allah. Gitu aja kok repot… ”
Ahahaha. Kamipun tertawa bersama. Benar juga ya.
“Ini yang kita suka salah paham. Agama itu diturunkan untuk manusia. Bukan manusia yang diturunkan untuk agama. Jangan dibolak-balik. Kacau semua nanti. ”
Ya Allah… Ya Allah… Ya Allah… Untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta lagi kepada Mbah Wali Gus Dur.
matur suwun Mbah Wali, setetes ilmu panjenengan adalah embun penyejuk bagi dahaga kami, para murid dan pecinta panjenengan.. Al Fatihah..
Terima kasih GusDur
Oleh : Shuniyya Ruhama