SBSINews – Peristiwa gempa bumi berkekuatan M 7,1 yang mengguncang wilayah Maluku tengah malam tadi, Kamis (14/11/2019) pukul 23.17 WIB. dirasakan hingga Manado, Gorontalo, Ternate, hingga Halmahera.

Untuk diketahui, episenter gempa terletak pada koordinat 1,67 LU dan 126,39 BT, tepatnya di laut pada jarak 134 km arah Barat Laut Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara kedalaman 73 km.

Gempa ini merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau penyesaran dalam Lempeng Laut Maluku.

Jarak Laut Maluku hingga kota Manado adalah sekitar 222 kilometer. Sementara jarak Laut Maluku hingga Halmahera, lebih dari 415 kilometer.

Lantas, kenapa gempa Maluku bisa terasa sampai ke daerah yang posisinya ratusan kilometer dari pusat gempa?

Menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Gayatri Indah Marliyani, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Departemen Teknik Geologi UGM.

Gayatri menjelaskan, pusat gempa Maluku semalam terjadi di daerah yang memiliki banyak patahan atau sesar naik yang aktif.

“Gempa di Maluku Utara ini terjadi pada zona pertemuan antara dua lempeng samudera di laut Maluku. Di daerah itu banyak terdapat patahan-patahan atau sesar-sesar naik yang aktif,” kata Gayatri kepada Kompas.com, Jumat (15/11/2019).

Ditambah lagi, kekuatan gempa cukup besar, yakni M 7,1 dengan kedalaman pada tingkat menengah 27 kilometer. Hal inilah yang membuat guncangan bisa dirasakan merata.

“Magnitudonya cukup besar (M 7.1) dengan kedalaman menengah (27 km) sehingga guncangannya bisa dirasakan meluas dari Sulawesi Utara hingga Kepulauan Halmahera,” jelas Gayatri.

Sains Fenomena

Dilihat dari analisa mekanisme gempa, di mana gempa terjadi di patahan naik berarah timur laut – barat daya, ini juga dapat memicu getaran yang besar.

“Arah ini konsisten dengan setting tektonik di daerah tersebut, searah dengan zona kolisi antara dua lempeng samudera di daerah tersebut,” ungkapnya.

“Karena magnitudo gempa cukup besar, gempa susulan masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan,” kata Gayatri memperkirakan.

Sementara itu, Daryono selaku Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG menambahkan, gempa dengan kekuatan besar berisiko dirasakan hingga jarak ratusan kilometer.

“Kemudian ada istilah local site effect, di mana tanah lunak di suatu tempat akan merespons dengan mengamplifikasi gelombang gempa. Jadi tidak tergantung jarak saja,” kata Daryono kepada Kompas.com.

Hingga pukul 6.59 WIB, telah terjadi 74 aktivitas gempa susulan (aftershocks) di Laut Maluku utara pasca gempa utama M 7,1.

“Susulan dengan kekuatan di atas M 5.0 ada 11 kali gempa. Gempa susulan paling kuat M 5,9,” kata Daryono. (Kompas.com/SM)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here