oleh : Andi Naja FP Paraga
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Presiden ke-4 Republik Indonesia sudah Wafat beberapa tahun silam namun beberapa analisanya atau lebih tepat disebut ramalannya selalu saja terbukti dan sulit terbantahkan.
Gus Dur memang seperti manusia langit yang dibumikan sehingga kalimat-kalimatnya seolah pesan pesan langit yang akan mewarnai takdir bumi dan penduduknya.
Seorang sepuh Nahdatul Ulama KH Abdul Ghofar Mistar bertutur sedikit mengurai cerita pelengseran Gus Dur bahwa saat Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia(MPR RI) menggelar sidang pelengseran Gus Dur, beliau duduk di teras di belakang Istana bersama Ustadz Mujib Manan seorang dosen yang ditarik Gus Dur menjadi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan beberapa hari sebelum mahasiswa yang dikoordinir kekuatan hoax demo menuntut Gus Dur mundur dan saat yang sama ribuan banser yang siap mati syahid justru disuruh pulang oleh Gusdur hanya dengan kalimat : Jabatan dunia tidak perlu dibela mati-matian.
Saat itu Gus Dur memanggil Ustadz Mujib Manan dan kami sempat mencium tangan beliau sambil berlinang air mata. Melihat air mata saya Gus Dur berkata : Preman preman itu akan jadi gelandangan politik seumur hidupnya. Innalillah wa innailaihi rajiun. Alhamdulillah Allah memberiku umur yang panjang dan bisa menyaksikan langsung satu per satu para preman politik itu benar benar menjadi gelandangan politik tanpa harga diri di pentas sejarah Indonesia.
“Menurut catatan saya satu persatu mereka yang terlibat menjatuhkan Gus Dur berakhir karier politiknya seperti sampah tak laku dirombeng”, Ujar Ujar KH Abdul Ghofar Mistar.
Keterangan di atas kami dapatkan dari keterangan tertulis seorang teman sejawat juga seorang aktivis pergerakan bukan Gusdurian. Beliau justru dahulu pengagum kelompok yang melengserkan Gus Dur.
Nampaknya beliau merasa ungkapan Gus Dur sempurna terbukti dari hari ke hari hingga saat ini.
Gelar Preman – preman politik ketika diungkapkan oleh lisan seorang Kyai anak dari seorang kyai bahkan cucu dari seorang kyai pendiri ormas islam terbesar di tanah air Nahdatul Ulama(NU) tentu tidak didasari karena penilaian emosional, akan tetapi pasti didasari hasil analisa yang bersesuaian dengan tingkat spritualitasnya.
Dikuatkan dalam beberapa hujjah bahwa seseorang yang telah mencapai tingkat spritualitas tertentu lisan dan perbuatannnya bersatu dengan Zat yang Maha Kuasa.
Siapapun yang dijuluki almarhum Gus Dur sebagai preman- preman politik dan telah menjadi gelandangan politik tentu yang banyak memahaminya adalah orang – orang yang dekat dengan beliau, namun rasanya tidak terlalu sulit menebaknya ketika kita melihat jejak rekam politisi politisi kita.
Allahuawlam bisshowab ” Allah lah yang Maha Tahu segalanya namun kita berharap agar perpolitikan indonesia dijauhkan dari para preman politik.
Politik yang baik dan sehat ketika pelaku politiknya terdiri dari orang orang baik dan terpilih semata – mata memikirkan keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan yang mensejahterahkan dan menentramkan hampir 300 juta Warga Negara Indonesia.(ANFP Paraga)