Ya, begitulah gambaran satu sisi wajah politik negeri ini. Wajah kinclong, pose senyum terbaik diselingi jargon manis terpampang dalam sebuah baliho.
Gambar ini ‘diam dan cuek’ saja ketika orang melintas memandangnya. Hujan panas tetap acuh beibe. Ya, sedikit banyak tidak beda jauh dengan realita politik sebenarnya.
Baliho itu terkesan egois, tidak peduli sekitar. Wajah cantik gagah nan dingin dalam baliho ini hanya fokus minta diperhatikan oleh khalayak. Dia dalam baliho itu sendiri diam seribu bahasa seolah ogah menatap orang-orang di sekitarnya. Kira-kira miriplah dengan realitas sesungguhnya.
Baliho itu besar. Isinya muka doang. Cantik dan ganteng. Tapi kalau diterawang dengan suryakanta, isinya make up doang. Ya, begitulah memang politik negeri ini. Cantik dan ganteng tapi bo’ong. Penuh kepalsuan. Cantik dan gagah tapi hati tak ada. Habis nyoblos, kembali merana. Yang dicoblos senyum-senyum bae apalagi kalo menang.
Baliho itu selalu disisipi kata-kata pemanis. Tapi kalau habis dikecap, terasa pahitnya. Karena memang kata-kata indah cuma slogan tanpa makna berarti. Beginilah politik negeri ini. Dipenuhi janji-janji manis, tapi faktanya penuh kepahitan.
Politikus itu mempampang wajahnya close up di ruang-ruang terbuka tidak kenal waktu di tempat-tempat strategis tanpa sedikitpun rasa malu. Saya pamer foto di pantai aja mikirnya berkali-kali. Ya, begitulah wajah politikus negeri ini kebanyakan. Tak tahu malu dengan jargon-jargon hebatnya tapi minim prestasi.
Rasanya baliho-baliho itu lebih banyak bikin orang eneg mual mau muntah daripada memperindah wajah kota. Ya, begitulah kenyataannya politikus negeri ini suka membuat orang mual dengan bualannya.
Sebagai orang yang pernah berkecimpung di dunia promosi, sontak saya bertanya dalam hati. “Gile, berapa pajaknya baliho segede gaban seperti itu. Beli kacang, bisa dimakan orang sekampung.” Ah, jangan-jangan tak bayar pajak, karena punya kuasa.
Salam
Rudi Tamrin
SBSINEWS PAPUA