Oleh : Bambang Hermanto
Proses pemilu 2019 sudah berlangsung, capres telah ditetapkan, pasangan Jokowi – Ma’ruf nomor 01 dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno nomor urut 02, kampanye sudah dimulai yang ditandai dengan deklarasi kampaye damai di Monas Minggu pagi 23/09/2018.
Partai politik dan kedua pasangan Capres – Cawapres telah mendeklarasikan akan mewujudkan pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Seluruh petinggi partai politik, capres-cawapres mengikuti pembacaan ikrar oleh Ketua KPU Arief Budiman, yaitu ikrar untuk: melaksanakan kampanye yang tertib, damai, berintegritas tanpa hoax, tanpa politisasi SARA dan tanpa politik uang.
Soal deklarasi tersebut, saya yakin petinggi – petinggi parpol dan kedua pasangan Capres – cawapres akan memegang teguh amanah deklarasi. Tetapi saya kurang yakin dengan yang akan terjadi di basis massa (grass root). Tetapi harapan saya kita harus tetap optimis dan percaya. Masyarakat kita terkenal guyup, ramah dan bersahabat.
Kita lihat saja, di warkop, pasar tradisional, angkutan umum masyarakat tetap saling bertegur sapa seperti sedia kala, berinteraksi, bercanda gurau seperti biasa. Mungkin saja mereka berbeda pilihan baik partai politik, caleg maupun capres.
Proses politik ini lebih terasa setelah KPU menetapkan Daftar Calon Tetap caleg peserta pemilu, serta capres-cawapres. Caleg dan tim pemenangan capres-cawapres sudah mulai bersosialisasi melalui media masa, baik cetak, electronik maupun dunia maya, seperti Fecebook, Whatshapp dll. Tak bisa dipungkiri lagi saat ini sudah ada gesekan, saling hujat menghujat, menyebarkan berita yang menjelekan calon lawan. Ada yang sudah mulai menebarkan berita Hoax untuk menjatuhkan calon lawan. Hal inilah harus segera diatasi agar suasana kesatuan sebagai bangsa tetap terjaga.
Ini perlu kesadaran kita menanamkan idiologi kebangsaaan dalam proses berdemokrasi. Mari kita tanamkan rasa persatuan dan kesatuan, jangan kita rusak tatanan kehidupan masyarakat yang sudah damai, tentram dan sejuk. Tak jarang kita temui para orang tua berbeda pilihan politik tetapi anak-anak mereka tetap bisa berteman dan bersenda-gurau.
Jika pilihan Caleg dan Capres-Cawapres berbeda, tak perlulah, menghujat dan berkelahi, bahwa beda itu lumrah. Masing-masing orang berhak untuk memilih sesuai kehendaknya. Ibarat selera terhadap genre music, ada yang suka pop, ada yang suka dangdut, ada yang suka hip – hop, bahkan ada yang suka keroncong.
Demokrasi adalah ketulusan kita untuk menerima perbedaan, mari kita jaga perdamaian dan persatuan.