SBSINews – PT Pertamina (Persero) memastikan tetap menjalankan Proyek perluasan kapasitas dan kompleksitas kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Refinary Unit IV (RU IV) Cilacap, meski tanpa Saudi Aramco sebagai mitra.
Sebagai pengingat, pada Desember 2016 lalu, kedua entitas telah meneken Kesepakatan Kerja Sama Pengembangan Perusahaan Patungan (Joint Venture Development Agreement/JVDA).
Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari Heads of Agreement (HoA) yang diteken kedua belah pihak pada November 2015 lalu di mana kedua entitas akan membentuk perusahan patungan, untuk pengembangan proyek selanjutnya.
Dalam kesepakatan tersebut, rencananya Pertamina akan memiliki saham 55 persen dan Saudi Aramco sebesar 45 persen. Kesepakatan ini berakhir pada 30 Juni 2019.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, saat ini, keberlanjutan proyek pengembangan kilang Cilacap masih terkendala oleh kepastian Saudi Aramco untuk terus bermitra dengan perusahaan. Padahal, Kilang Cilacap telah mampu memproduksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kualitas Euro IV.
Pasalnya, perusahaan belum mencapai kesepakatan dengan perusahaan pelat merah asal Arab Saudi itu terkait nilai valuasi dari kilang yang sudah ada. Nilai valuasi tersebut penting mengingat kedua perusahaan akan membentuk perusahaan patungan.
Jika sampai 30 Juni 2019, keduanya belum mencapai kata sepakat terkait nilai valuasi, perseroan telah mengusulkan kepada pemerintah untuk menjalankan proyek secara mandiri seperti proyek RDMP Balikpapan.
“Jadi, kami lanjutkan dulu, jalan duluan. Nanti, baru kami pilih mitranya,” ujar Nicke saat menghadiri Rapat Dengar Pendapatan dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Selasa (14/5).
Kemudian, perusahaan juga akan mengevaluasi hasil studi bersama yang dilakukan dengan Saudi Aramco untuk digunakan atau tidak.
Sebagai informasi, pengembangan Kilang Cilang rencananya dirancang untuk memroses minyak mentah dari Arab Saudi yang disediakan oleh Saudi Aramco. Melalui proyek ini, kapasitas kilang minyak di Cilacap digadang akan meningkat dari 348 ribu bph menjadi 400 ribu bph. Adapun nilai investasi pengembangan proyek mencapai US$6 miliar. (CNN Indonesia)