Kisah ini sebetulnya Tulisan dari Ruth Pakpahan Putri dari Almarhum Prof Dr Muchtar Pakpahan. SH. MA bagaimana Ayahnya memperjuangkan kembali Libur Mayday. Berikut kisahnya.
Masih inget dulu setiap menjelang 1 Mei, ayah Muchtar Pakpahan Baru sudah sibuk menyiapkan demonstrasi buruh dan mengkoordinir serikat buruh serikat buruh lainnya. Salah satu tuntutan utamanya adalah jadikan hari buruh sebagai hari buruh nasional. Aku suka nanya, “Emang gimana caranya bikin hari buruh libur? Nanti profesi-profesi yang lain minta bikin libur juga? Atau hari-hari lainnya juga minta libur dong?”
Ayah cuma jawab “ehh gimana sih anakku ini. Bukan liburnya yang penting. Tapi makna kalo dikasih libur, berarti pemerintah mengakui kekuatan buruh. Berarti posisi buruh itu penting di negeri ini.”
Di tahun 2014, merupakan tahun kemenangan bagi perjuangan tersebut. Ayah tidak pernah berhenti tersenyum di rumah dan berkali-kali bilang, sekarang hari buruh sudah diakui.
Perjuangan ayah demi menaikkan derajat kaum buruh dan kaum marginal satu-persatu terwujud. Dan yang menikmati hasil perjuangan ayah tidak hanya kaum buruh tapi juga seluruh rakyat Indonesia.
Ayah tidak pernah memperjuangan nasib keluarganya, karena dengan memperjuangan nasib buruh Indonesia berarti memperjuangan nasib rakyat Indonesia, termasuk keluarganya.
Terimakasih ayah. Selamat hari buruh ayah. Selamat merayakan kemenangan ayah di atas sana. (Ruth Pakpahan).
Andil Almarhum Prof Dr Muchtar Pakpahan. SH.MA memperjuangkan Libur Mayday memang patut disyukuri bersama. Libur Mayday ada di Era Presiden Sukarno, tidak ada di Era Rezim Suharto, dan baru dibuka kembali di Era Presiden SBY.
Redaksi SBSINEWS
22 September 2021