Ketegangan Rusia dan Ukraina memuncak. Rusia secara serius sedang menyiapkan invasi militer ke Ukraina.

AS lewat Presiden Joe Biden, memihak Ukraina. Berulang kali Biden mengingatkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, agar tidak mengusik Ukraina. Namun Putin tidak bergeming.

Biden langsung paksa aksi. Ribuan militer AS sudah mendarat di sejumlah negara anggota NATO, di Eropa, sebagai sekutu Amerika.

Beberapa hari yang lalu, terlihat sejumlah alat tempur canggih darat laut dan udara keluar barak, mengikuti latihan gabungan sesama militer NATO.

Putin tidak ciut melihat aksi NATO yg dibekingi AS tsb. Perancis sebagai salah satu anggota NATO justru mendapat kecaman keras dari Putin, sebagai warning untuk tidak ikut2an.

Salah satu kekuatan militer dunia yg sedang menggeliat 5 tahun terakhir yakni RRC, jelas akan berkongsi dengan Rusia, jika meletus agresi militer.

Fenomena ini sungguh mengkhawatirkan. Lebih mengerikan dibanding wabah corona yg sudah 2 tahun lebih menggerogoti dunia.

Pandemi Corona hanya berdampak sistemik pada perekonomian dunia. Namun ia tidak menyebabkan kematian massif dan kehancuran fisik yang serius.

Jika situasi dunia ini kemudian chaos, maka itulah Perang Dunia III. Perang antar senjata canggih berhulu ledak nuklir.

Perang nuklir antar negara berteknologi militer maju dan canggih, adalah awal kepunahan peradaban dunia.

Tidak perlu tahunan untuk bergelimpangan nya ratusan juta nyawa sia-sia melayang akibat saling serang nuklir jika itu terjadi.

Tidak perlu hitungan tahun, infrastruktur dan gedun-gedung tinggi bakal ambruk diterjang serangan nuklir.

Dampak sistemik pada peradaban dunia jika PD III, sangat nyata. Dimulai dari rusaknya jaringan pembangkit listrik di banyak negara secara luas. Listrik menjadi sangat terbatas. Jika listrik terbatas, tidak ada lagi gunanya kecanggihan teknologi informasi berbasiskan internet, yang kini menjadi simbol peradaban digital dunia.. Dalam sekejap semuanya akan dibuat runtuh dan lumpuh.

Manusia di dunia bakal panik. Kelaparan dan kemiskinan seketika menyergap suasana kehidupan sehari-hari.

Dunia gelap gulita. Pasokan logistik untuk sekedar makan pun, menjadi langka. Air pun bisa jadi sudah tercemar sisa ledakan nuklir yang mengandung partikel berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup.

Tanda-tanda kiamat besar menjadi relevan. Dimana dunia akan dikembalikan pada situasi ketiadaan teknologi sama sekali, persis saat zaman para nabi dulu kala. Ketiadaan listrik akibat perang nuklir, adalah awal dari peradaban dunia kembali ke titik nol. Tidak ada lagi teknologi.. !!!

Akankah itu harus terjadi? Bisa iyaa, bisa tidak. Tergantung dari eskalasi tinggi yg kini terjadi di daratan Eropa, yang melibatkan polisi dunia, AS.

Indonesia lewat Presiden Jokowi, harus berinisiatif untuk mengambil peran menjadi juru runding antara negara-negara yang kini siap saling serang tersebut.

Politik luar negeri Indonesia yg bebas aktif, mendukung Presiden untuk mengambil peran tersebut. Seberapa handal kekuatan diplomasi Presiden Jokowi, yang saat ini juga adalah Ketua negara-negara G-20, mampu menurunkan eskalasi Rusia dan Ukraina ini, saya pun belum dapat mengukurnya.

Tentu kita berharap wibawa Indonesia dan kepemimpinan kharismatik Jokowi yang membius dunia selama ini, akan dapat menjadi juru damai yang ditunggu. Jika peran itu tidak diambil, maka detik-detik kepunahan dunia, tinggal menunggu waktu.

Mari berdoa bersama situasi dunia internasional tidak semencekam ini. Mudah-mudahan, segera ditemukan titik damai antara Rusia dan Ukraina yang disetujui AS dan diaminkan oleh RRC.

#waspadaWorldWar
Budhius Ma’ruff

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here