oleh : Andi Naja FP Paraga
Eksplotasi Sumber Daya Alam(SDA) termasuk Sumber Daya Nabati (SDN)dan Sumber Daya Hewani (SDH) terekploitasi secara terpogram oleh negara-negara luar. Hal ini berlangsung dari era pendudukan Portugis hingga saat ini. Seperti biasanya Negara – negara industri itu mengambil bahan baku dari Indonesia dengan harga murah dan disulap menjadi barang yang terkesan mewah.
Dalam sebuah penelitian diungkapkan tentang”ULAR PITON SUMATERA” yang semakin menurun jumlahnya dikarenakan dibeli oleh “HERMES” dan PRADA” perusahaan fashion ternama di Amerika Serikat. Dari pencari ular piton dihargai Rp 300.000 per ekor lantas oleh pengepul dijual Rp 1.000.000,- per ekor. Selanjutnya satu ekor ular piton dapat menjadi dua hingga tiga buah tas dan diperkirakan harganya per tas ketika dijual antara Rp.350.000 hingga Rp 500.000, untuk sekedar balik modal dan sedikit keuntungan.
Bagian Ajaib dari persoalan tas dari kulit ular piton ini Perusahaan Fashion Hermes membuatnya untuk musim semi dan untuk pertama kalinya hanya dibuat 15 (lima belas) buah tas. Pertama terlebih dahulu dibuat satu buah tas lalu diberikan cuma cuma kepada seorang selebritis yang sudah dipilih sebagai “Pemancing”. Tahun pertama Hermes memilih Selebritis Victoria Beckham.
Kepada Victoria Beckham Perusahaan Fashion Hermes ditawarkan ” Tas Gratis” sebagai gantinya Hermes meminta Foto Victoria dalam lima momen dengan menggunakan tas tersebut dan tawaran tersebut disetujui oleh Victoria kemudian ia pun mendatangi toko Hermes di Los Angeles mengambil tas yang dijanjikan. Selanjutnya pihak Hermes mengirimkan fotografernya mengambil gambar ketika victoria menenteng tas ular piton tersebut saat keluar dari toko,saat mengantar anak-anaknya ke sekolah,saat menikmati kopi bersama sesama selebrity dan saat-saat lain yang sudah disepakati dan harus terlihat natural dan terkesan tidak dibuat-buat,tapi yang paling penting dalam 5(lima) momen pemotretan tersebut tas kulit ular piton harus terlihat lebih jelas.
Selanjutnya Perusahaan Fashion terkemuka di dunia tersebut melakukan promosi bahkan kampanye di berbagai media seperti majalah, media sosial, televisi. Buat siapapun yang mau pra order tas tangan dari kulit ular piton ukuran 30 x 20 cm dijual seharga atau senilai Rp 200.000.000,- dan hanya dalam waktu satu minggu ke-15 tas yang dipromosikan itu sudah mendapatkan calon pembeli, tiga dari 15 calon pembeli bahkan berasal dari indonesia ditengarai satu sosialita dan dua istri pejabat. Sedangkan sembilan dari Cina, dua dari Sibgapura dan satu dari Arab.
Pertanyaannya mengapa tidak satupun pembeli dari Amerika Serikat negeri Victoria Beckham sendiri atau dari Eropa dengan harga Rp200.000.000,- sementara untuk Ukuran Amerika Serikat nilai total sebuah tas jinjing mewah setelah menilai materialnya ditambah aksesorisnya paling mahal Rp 5.000.000,- Siapakah orang berpendidikan dan waras yang mau membeli. Memang siapa yang menjahit tas dengan nilai Rp5.000.000,-lalu dijual senilai Rp200.000.000,- . Apakah Penjahitnya Presiden Barack Obama atau Vladimir Putin ?.
Selebritis Victoria Beckham memang sudah kaya – raya tetapi sebagian besar barang-barangnya itu endorsement. Sama seperti Selebritis Kim Kadarsian. Tapi Hermes memang menjual” IMAGE” selebritas keduanya. Pertanyaan berikutnya apa yang didapatkan oleh pembelinya selain rasa bangga memiliki tas tangan yang mirip tas tangan orang kaya dan populer Victoria dan Kim. Itu saja, tidak ada yang lain.
Marketing yang Dahsyat. Sesungguhnya semua barang yang dimiliki para sosialita diluar negeri hanya “Pemancing” dan hal seperti ini adalah Trik Marketing untuk menjual produk dengan melekatkannya pada Imeg seseorang. Ternyata Gaya hidup orang asia paling mudah dieksploitasi oleh produsen produk-produk kelas atas Barat. Itu dapat terlihat jelas dalam contoh yang lain pembeli jam tangan termahal pun berasal dari Asia.
Sesungguhnya Industri Barat sangat bergantung pada perekonomian di Asia karena Asia-lah pembeli produk-produk mereka dan Orang Barat sendiri malas membeli produk mahal buatan negeri mereka sendiri. Entah mengapa Barat malas memperkaya sesama Barat dan memilih kepada orang orang bodoh yang menderita “Inferiority complex cronic” .Luhatlah mobil-mobil mewah justru banyak mangkrak di jalanan-jalan Negara Dubai bahkan Kerajaan Arab Saudi”.
Penyakit akut dan Kronis Bangsa-bangsa di Asia sesungguhnya adalah KONSUMERISME terhadap produk-produk Barat bahkan enggan membeli produk-produk bangsa sendiri yang secara kualitas tak kalah dengan produk – produk buatan Eropa dan Amerika. Kiblat fashion bahkan otomotif bangsa – bangsa Asia harus dirubah apalagi Kiblat berbangsa dan bernegaranya harus berubah total. Saatnya The Power of Asia dikembalikan sebagai Energi baru perubahan Asia dan Itulah yang harus dilakukan bangsa indonesua.(07/11/18)
Andi Naja FP Paraga: Mantan Sekjend SBSI