TIDAK terasa kita sudah memasuki Minggu Pra-Paskah VI. Hari Minggu Pra-Paskah VI merupakan Minggu Pra-Paskah terakhir sebelum Yesus disalibkan. Dengan perayaan Minggu Pra-Paskah VI ini seluruh umat diajak untuk memiliki dan mengembangkan pemahaman iman yang utuh dan berintegrasi dengan baik dan benar dalam kehidupan dengan segala suka dan duka, pujian dan makian, penghormatan dan penghinaan, perendahan serta penghianatan.
Dengan demikian seluruh jemaat diajak untuk memiliki dan dapat mengembangkan rasa keadilan yang konsisten, keadilan yang tidak berubah dan tergantikan demi kebenaran hukum dan keadilan, baik individu maupun kelompok atau umum. Injil mencatat dengan baik prosesi pertemuan dan sambutan rakyat atas kehadiran Yesus di Yerusalem, yang ternyata disikapi lain oleh para pemimpin agama Yahudi. Dielu-elukannya Yesus malah mendorong naluri iri dan dengki pemimpin agama Yahudi lebih meningkat lagi terhadap Yesus.
Prosesi demokratis dalam lantunan indah “Hosana” yang dikumandangkan rakyat Yerusalem berhasil dibajak dan dimanipulasi oleh pemimpin agama Yahudi, sehingga kurang dari seminggu lantunan merdu “Hosana” berubah drastis menjadi teriakan jahat “Salibkanlah Dia”.
BACA JUGA: http://sbsinews.id/ketegasan-menangani-ekstrimisme-kanan-dan-takfiri/
Tentunya segerombolan orang banyak yang meminta Yesus disalibkan (Markus 15 : 6 – 19) bukanlah rakyat Yerusalem yang telah menyambut Yesus dengan lambaian daun pohon Palem. Kehadiran segerombolan orang banyak tersebut tidak direspon Yesus dengan mengerahkan rakyat Yerusalem yang menyambutnya untuk berhadapan dengan segerombolan orang suruhan para pemimpin agama Yahudi tersebut. Yesus hanya mau menanggung sendiri, tidak mengorbankan rakyat dengan konflik horisontal.
Kebencian dan kepentingan para pemimpin agama Yahudi telah menggiring Yesus memasuki pengadilan dengan proses peradilan yang tidak berpijak pada asas keadilan. Setelah proses demokrasi dibajak dan dimanipulasi, kembali para pemimpin agama Yahudi memanipulasi proses peradilan terhadap Yesus di ruang pengadilan.
Herodes dan Pilatus sebagai hakim yang menyatakan tidak menemukan kesalahan Yesus, ternyata tidak mampu untuk melawan kepentingan jahat para pemimpin agama Yahudi. Keadilan hakiki dikalahkan secara sistemik dan struktural oleh kepentingan para pempimpin agama Yahudi.
Perlakuan tidak adil bagi Yesus yang diproduksi oleh pengadilan dan hakim pada saat itu mengingatkan kita pada nubuatan Mikha dalam Kitab Mikha 7 : 3, yang dengan sangat jelas menyatakan “Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum, mereka putar balikkan!”
Jauh sebelum Mikha, Pengkhotbah pun sudah menubuatkan tentang pengadilan yang memproduksi ketidakadilan bagi rakyat, seperti yang terdapat dalam Pengkhotbah 3 : 16, “Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan.
Peristiwa ketidakadilan yang dialami Yesus tentunya bukanlah monopoli masa lalu, tetapi nyatanya ketidakadilan terus diproduksi secara sistemik hingga saat ini. Pengadilan dan oknum hakim terus mempertontonkan ketidakadilan di ruang pengadilan hanya demi kepentingan pribadi.
Tentunya ketidakadilan itu tidak melulu karena inisiatif oknum hakim, tapi karena adanya permintaan oknum rakyat yang memang ingin mencari “keadilan” bagi dirinya dengan mengorbankan nilai-nilai keadilan yang hakiki. Ketidakadilan adalah resultan dari pertemuan dua kepentingan yang tidak jujur.
Dengan semakin meningkatnya kompetisi kepentingan dan demoralisasi yang terus terjadi, diharapkan seluruh jemaat mampu meneladani sikap Yesus yang terus menghadirkan kasih dan keadilan, walaupun harus menderita dengan ketidakadilan karena kepentingan jahat sekelompok orang.
Pola Pikir, Pola Sikap dan Pola Tindak kita adalah sebuah ruang “pengadilan”, yang bisa memproduksi keadilan atau kepentingan. Semoga ruang “pengadilan” yang kita miliki terus menghasilkan keadilan yang berdasarkan kasih Tuhan. Selamat menyambut Minggu Palmarun esok hari dan Selamat memasuki Minggu Sengsara.
Ditulis Oleh: Timboel Siregar