Oleh : Andi Naja FP Paraga
Blue Print pembangunan indonesia pasti sudah ada sejak pasca proklamasi kemerdekaan, hanya saja sayangnya sedikit yang tahu persoalan ini mengingat begitu Orde Baru berkuasa semua unsur Orde Lama (Era Pemerintahan Presiden Sukarno) seperti tak berjejak lagi. Selanjutnya Bangsa Indonesia hanya mendengar sebuah blue print bernama REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun),Rencana Pembangunan Jangka Pendek(RPJK), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Itulah fakta yang ada.
Repelita singkatan dari Rencana Pembangunan Lima Tahun dapat dipahami sebagai rencana pembangunan jangka pendek. Setiap lima tahun repelita ditinjau kembali dan disusun repelita yang baru dan selama Orde Baru berkuasa bangsa indonesia telah melewati enam repelita dan Suharto tumbang ketika repelita ke tujuh baru berjalan dua tahun. Gerakan Reformasi mengevaluasi repelita orde baru dan dinyatakan gagal terutama dari sektor pembangunan ekonomi karena terjadinya Krisis Ekonomi merupakan bukti pondasi ekonomi yang dibangun Orde Baru bukan pondasi yang rapuh. Gerakan Reformasi menyebut kegagalan Orde Baru sesungguhnya disebabkan oleh Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang disingkat (KKN).
Pemilihan singkatan ini walaupun tidak nyaman terdengar karena serupa dengan singkatan Kuliah Kerja Nyata(KKN) yang merupakan program populer dunia perguruan tinggi dimana manfaatnya sangat dirasakan oleh masyarakat banyak. Akan tetapi faktanya memang rezim Orde Baru meninggalkan hutang senilai Rp 3000 triliun yang sama sekali tidak terbayar sementara jumlah pinjaman sebegitu besar diperkirakan hanya 30% saja digunakan untuk membangun indonesia.
Saat Suharto jatuh ternyata hanya dengan aksi George Soros Fundamental ekonomi yang disimpan rapat – rapat puluhan tahun terkuak. Ternyata puluhan tahun indonesia menyimpan data busuk dan bohong, tidak ada kekuatan ekonomi secara nyata, Suharto tidak punya rencana hebat untuk indonesia dalam sektor ekonomi kecuali menggali lubang hutang sedalam dalamnya tanpa rencana riil untuk merubah indonesia untuk lebih baik dari Orde Lama.
Perekonomian bangkrut, krisis panjang pembangunan berlangsung sangat pahit. Enam tahun proses transisi era suharto ke era reformasi seakan waktu terpanjang dalam sejarah, selama itu tidak ada pembangunan riil. Negara stuck hingga akhirnya Susilo Bambang Yudoyono terpilih sebagai presiden secara demokrasi langsung dan harapan menyongsong masa depan dengan ceria. Tapi apa yang terjadi selama 10 tahun SBY berkuasa. Ia membakar uang sebesar Rp3000 triliun untuk subsidi.
Periode 2004 hingga 2014 subsidi energi ratta-rata memiliki porsi sebesar 21% dari APBN dan mengalami porsi terbesar pada tahun 2008 yang mencapai 28%. Didalam subsidi energi alokasi subsidi BBM adalah yang terbesar dengan mencaplok 80% dari seluruh subsidi energi. Inilah mega skandal dengan korupsi tak terbilang jumlahnya. Andaikan uang sebesar itu digunakan untuk membangun jalan tol dapat dipastikan indonesia punya jalan tol Trans Sumatera dan Trans Jawa,Kereta Cepat Jakarta-Surabaya dan puluhan kawasan industri berskala internasional, puluhan bendungan dan irigasi untuk ketahanan pangan bahkan setiap kota di Indonesia memiliki Mass Rapid Transportation(MRT).
Nampaknya Pembangunan Berkelanjutan tidak menjadi dedikasi setiap presiden. Tidak ada lagi Konsep Repelita ala Orde Baru dan pembangunan yang ada keluar dari Blue Print yang sudah ada sejak orde lama. Jika dihitung – hitung waktu dan dana pembangunan yang sia – sia sungguh sangat layak bangsa ini disebut bangsa gagal. Cita-cita kemerdekaan yang sudah didepan mata musnah. Dengan fakta ini Indonesia harus memulai semuanya dari nol. Pemerintah sebelumnya hanya bekerja membuat rencana dan membuang uang agar kekuasaanya stabil.
Era itu justru kita sudah berada di era demokrasi tetapi justru hanya melahirkan kelompok penjarah baru yang menjarah lebih dahsyat dari 32 tahun Suharto berkuasa. Selama itu tidak ada gerakan agama yang hebat untuk menggulingkan SBY, tidak ada demo berjilid-jilid hendak menjatuhkannya. Mengapa,karena para tokoh agama dan politik mendapatkan berkah uang dan konsesi bisnis dari politik lendir tebar uang oleh penguasa.
Namun pertemuan IMF dan World Bank di Bali pekan lalu yang dihadiri para pemimpin dunia, pembangunan era Presiden Joko Widodo memperoleh pujian bahkan, dijuluki pembangunan yang Sustainable atau berkelanjutan. Tentu penilaian tersebut berdasarkan kreteria tingkat dunia. Sungguh pun pembangunan baru berjalan empat tahun akan tetapi masyarakat sudah bisa merasakan pembangunan berkelanjutan yang sesungguhnya dan dengan sisa satu tahun lagi era kepemimpinan Presiden Joko Widodo karya-karya pembangunan berkelanjutan masih dapat kita rasakan kembali. (ANFP Paraga 17/10/18)