MEMBANGUN organisasi buruh di Indonesia yang kuat dan sehat memang menjadi semacam keharusan melalui tahapan pembebasan organisasinya terlebih dahulu dari berbagai hambatan, baik yang bersifat internal hingga yang bersifat eksternal.
Adapun hambatan yang bersifat internal misalnya meliputi sarana dan prasarana serta eksponen penggerak organisasi itu sendiri. Karenanya dalam organisasi buruh yang baik dan sehat, program kaderisasi untuk anggota hingga calon pengurus perlu pelatihan dan pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus.
Rahasia sukses membangun organisasi buruh semasa orde baru hingga SBSI sanggup bertahan dan terus berkembang ketika sejumlah aktivisnya ditanggap rezim penguasa pada tahun 1994-1998 jelas karena ditopang oleh semangat kaderisasi yang terus menerus dilakukan tidak hanya kepda kaum buruh, tetapi juga kalangan aktivis mahasiswa dan pemuda, hingga tidak sedikit diantaranya yang terus bergubung dan memperkuat barisan organisasi buruh.
Pelatihan dan pendikan bagi organisasi buruh menjadi keharusan untuk membangun organisasi buruh yang baik dan sehat. Kaderisasi dalam organisasi buruh, bukan hanya untuk memberi pemahaman tentang seluk beluk masalah perburuhan belaka, tetapi juga untuk menanamkan etos serta spirit dalam beraktivitas pembinaan, pendampingan untuk menghadapi kasus, hingga memberi pembelaan ketika ada anggota dari organisasi yang menghadapi masalah secara hukum.
Baca Juga: http://sbsinews.id/organisasi-buruh-indonesia-yang-kuat-dan-sehat/
Kaderisasi dalam organisasi buruh diperlukan untuk memberi ruh dan rasa peduli, kebersamaan serta solider yang mutlak dan harus mewarnai segenap gerak dan aktvitas eksponen organisasi buruh yang ideal, baik dan sehat. Jika tidak, maka organisasi buruh akan semakin berat menghadapi imbas dari budaya kapitalisme yang terus merangsek serta menggerus semua basis budaya tradisi kita seperti semangat gotong royong.
Maka dari itu, membangun organisasi buruh yang baik dan sehat lebih ideal mengacu pada basis budaya tradisi kita. Setidaknya, rasa kepedulian serta kebersamaan dan tradisi gotong royong yang masih cukup kuat terpelihara dalam budaya tradisi warga bangsa nusantara ideal dan masih patut dijadikan andalan.
Sementara budaya ikut-ikutan bersama kapitalisme yang paling kentara menjadi lawan dari budaya kaum buruh yang hendak kita bangun, yaitu melawan budaya kapitalistik yang individualistis. Mau menang dan untung sendiri, serta tidak manusiawi.
Ditulis Oleh: (Ratuate & Jacob Ereste)