Kisah ini merupakan silsilah dan perjalanan hidup seorang Raja bernama Si Raja Batak, yang bertempat tinggal di Pusuk Buhit Pulau Samosir Sumatera Utara.

Di Sumatera Utara terdapat Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba, yang telah menjadi Kabupaten dengan Pangururan sebagai ibukotanya. Di Pangururanlah letak Pusuk Buhit.

Si Raja Batak mempunyai dua orang putra. Yang sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan yang bungsu bernama Raja Isumbawa. Guru Tatea Bulan mempunyai istri yang bernama Boru Baso Bolon dan mempunyai keturunan Lima Orang Putra dan Enam Orang Putri.

Keturunannya yang putera antara lain :
Raja Uti atau sering disebut Siraja Biak-Biak, Raja Simugeleng-geleng (tanpa Keturunan)
Tuan Saribu Raja (keturunannya Pasaribu)
Limbong Mulanna (keturunannya Limbong)
Sagala Raja (keturunannya Sagala)
Simalau Raja (keturunannya Malau, Manik Ambarita, Gurning)

Keturunannya yang putri sesuai antara lain:
Siboru biding Laut ( diyakini sebagai Nyi RoRo Kidul)
Siboru Parame (menikah dengan Ibotona, Tuan Saribu Raja)
Paronnas
Nan Tinjo (kokon katanya memiliki dua jenis kelamin)
Bulan Sibunga Pandan

Sedangkan Guru Tate Bulan dan Boru Baso Bolon memiliki anak pertama yaitu Raja Uti. Namun keadaan Raja Uti sangat memiliki kekurangan, sehingga membuat kedua orangtua lebih memperhatikan anak sulungnya tersebut.

Keadaan tersebut membuat keempat saudara laki-lakinya cemburu, sehingga mereka memiliki rencana untuk membunuh Raja Uti. Rencana mereka diketahui oleh opung mereka yang bernama Tuan Jadi Nabolon ayah dari Boru Baso Bolon dan menyuruh putrinya untuk membawa Raja Uti ke pusuk Buhit.

Keadan itu membuat Limbong Mulana, Sagala Raja, dan Simalau Raja mencari keberadaan Raja Uti. Ada hal terlarang terjadi di bawah kaki pusuk buhit yaitu terjadinyya pernikahan terlarang antara Tuan Saribu Raja dan Siboru Parame, yang membuat mereka berdua lari ke dalam hutan karena setelah kabar itu sampai ketelinga Limbong Mulanna, Sagala Raja dan Simalau Raja membuat mereka marah dan merasa malu dan berniat untuk melenyapkan Tuan Saribu Raja dan Boru Parame.

Kekacauan yang terjadi di keluarga Guru Tatea Bulan membuat hati Siboru Biding Laut menjadi sangat sedih (yang diyakini sebagai nyi roro kidul). Biding laut lalu bertemu dengan Saribu Raja dan menanyakan keadaanya lalu saribu raja berkata bahwa dia baik-baik saja dan memesankan kepada Biding Laut untuk menjadi pedoman diantar semua anak Tatea Bulan, kemudian biding laut menanyakn kemana Saribu Raja akan pergi, lalu saribu raja menjawab dia akan pergi ke arah barat, padahal sebenanya dia pergi ke arah selatan.

Sehingga membuat biding laut pergi meninggalkan kaki pusuk buhit ke arah barat untuk mencari Saribu Raja dan Boru Pareme. Pencarian ia lakukan siang dan malam, sehingga membuat dia sampai disebuah desa di tepi laut dan menanyakan kepada seorang nelayan apakah nelayan tersebut pernah melihat orang asing lewat dari sini dan selalu Biding Laut mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan hatinya.

Banyak rintangan yang dilalui Biding Laut dalam pencariannya sehingga membuat Biding Laut sangat keletihan sehingga terduduk lemas di dalam sebuah sampan. Dalam keadaan setengah sadar Biding Laut memandang jauh ke arah laut lepas dan melihat ada sebuah pulau kecil dan hatinya yakin adiknya Saribu Raja ada disitu. Kemudian Biding Lalut meminta bantuan nelayan sekitar untuk menghantarkannya kepulau tersebut. Nama pulau tersebut adalah Pulau Marsalah.
Sesampainya di pulau tersebut Biding Laut merasa lelah dan mengantuk kemudian tertidur. Biding Laut tidak menyadari bahwa pulau itu sepi dan nelayan yang menghantarkannya telah pergi.

Ketika Biding Laut terbangun, dia bertemu dengan seorang pemuda dan Pemuda tersebut terpikat dengan kecantikan Biding Laut dan berniat untuk melamarnya.

Namun Biding Laut menolak membuat pemuda tersebut tersinggung. Lalu pemuda itu pergi meninggalkan Biding Laut dan membawa teman-temannya utuk membunuh Biding Laut.

Pada malam harinya pemuda dan teman-temannya tersebut pergi menemui Biding Laut lalu menyiksanya hingga membuat Biding Laut tidak sadarkan diri. Pemuda tersebut mengira bahwa Biding Laut telah meninggal dan membuat tubuhnya dilaut yang membuat tubuh biding laut terombang ambing oleh keganasan ombak samuera hindia.

Karena besarnya ombak membuat biding laut tersadar dan dengan sisa tenaganya dia berusaha menggapai sebuah perahu tak berpenghuni. Di situ dia memanggil-manggil nama ibu dan ayah nya yang sudah tiada, dan nama abangnya raja uti yang sudah menjadi petapa sakti namun tiada jawabannya. Membuat biding laut putus harapan dan tidak sadarkan diri dalam sisa ingatannya dia masih tetap dalam pencarian adiknya saribu raja. Lama dia berada dalam ombk laut dan membuat dia terdampar di sebuah pulau yang membuat orang sekitar menolongnya lalu mengobatinya.

Setelah sadar mereka menanyakan dari manakah asal biding laut (dengan logat bahasa Jawa). Kemudian biding laut menanyakan kepada masyarakat setempat tentang keberadaan adiknya dan tak satupun orng disekitar mengenal dan menjawab sesuai dengan keinginan hati biding laut. Sehingga membuat biding laut melanjutkan perjalannya menyusuri pantai selatan.

Kemudian dia beristirahat sejenak dan melamun tanpa dia sadari ada seseorang yang memperhatikkannya. Lalu menanyakan dari mana asalnya kemudian Biding Laut menjelaskan dengan jelas dari mana dan apa tujuannya.

Kemudian orang tersebut menyebutkan bahwa dia adalah seorang raja dan merasa iba dan membawanya ke istana. Di istana Biding Laut pun dijadikan sebagai budak. Namun karena Biding Laut adalah seorang budak yang rajin dan dipercaya disamping wajahnya yang cantik Biding Lautpun dipercaya menjadi kepala budak dan diajari ilmu-ilmu sakti untuk dapat menjaga istana dengan baik.

Lama kelamaan kesaktian istana diurunkan kepada Biding Laut dan menjadikannya selir, sehingga membuat Biding Laut mengandung anak dari raha pemilikbistaba. Hal itu membuat kecemburuan di hati pemimpin lainnya di istana. Kemudian lahirlah anak biding laut dan di beri nama Nyi Blorong.

Karena sudah sah menjadi istri dari raja sangsakti maka nama Biding Laut diganti menjadi Nyi atau Nyai karena posisinya yang sudah menjadi permaisuri.

Suatu malam ketika sedang terlelap mereka tidak mengetahui ada pemberontak yang bersiap untuk membunuh mereka. Tanpa susah payah pemberontak tersebut berhasil membunuh raja sakti namun Biding Laut melawan, dan lari ke arah pantai selatan.

Langkahnya terhenti di tepi jurang karena tidak ada jalan lain Biding Laut berkata akan kembali untuk membalaskan dendam kemudian lompat ke dalam jurang laut yang berombak besar. Dan semenjak itu banyak nelayan yang melihat ombak besar yang di situ juga hadir seorang wanita cantik dengan menggunakan kereta kencana. Dan mereka meyakini bahwa itu adalah Nyi Rorokidul yang di tanah batak adalah nama sebenarnya SIBORU BIDING LAUT.
Kisah inipun pernah dituturkan Sori Mangaraja Sitanggang, presiden paranormal se dunia. Beliau meninggal Kamis 23 Agustus 2018 yang lalu.

Oleh:Arsula Gultom
Ditulis Ulang Dari Penuturan di www.youtube.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here