NU mulai merespon situasi yang kian mengkristal di kalangan akar rumputnya, mengingat semakin kerapnya manuver politik dilakukan oleh kelompok garis keras dan cenderung menggerogoti wawasan kebangsaan komponen pecinta NKRI.
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengajak warga dan pengurus NU mengevaluasi metode gerakan Nahdlatul Ulama menghadapi perubahan zaman. Hal ini disebabkan perubahan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat di era Revolusi Industri.
Selain itu, KH.Miftachul Akhyar menyinggung usia NU yang hampir satu abad. Ia berharap nantinya pada tanggal 16 Rajab, sebanyak 7-10 juta warga NU memenuhi Jakarta.
Kita hampir satu abad. Kalau usia Masehi memang 93 tahun. Tapi usia Hijriah sudah 96 tahun. Insyaallah 16 Rajab sebagai hari Hijriah Nahdlatul Ulama, kami harapkan nantinya Jakarta bisa dipenuhi oleh keluarga nahdliyin dan nahdliyah tidak kurang 7-10 juta kita harapkan,” ujar KH.
Miftachul Akhyar dalam khotbah beliau di acara Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Ponpes Miftahul Huda Al-Azhar, Banjar, Jawa Barat, Rabu (27/2/2019).
KH. Miftachul Akhyar ingat, pada saat KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memimpin PBNU, sebanyak 2 juta warga NU berkumpul di Jakarta.
Terkait rencana berkumpulnya warga NU, KH. Miftachul Akhyar menyebut sudah meminta izin kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Di zaman Gus Dur, saat beliau memimpin PBNU, Parkir Timur dipenuhi kurang-lebih 2 juta warga nahdliyin-nahdliyah. Kami sudah matur (bilang) kepada Bapak Presiden, di sana tidak akan ada pidato politik. Hanya mengatakan jaga NKRI,” ucap KH.Miftachul Akhyar
Berkumpulnya warga NU di Jakarta dimaksudkan untuk menjaga keutuhan NKRI.
KH. Miftachul Akhyar menjamin tidak akan ada pidato politik pada acara itu. “Jangan coba-coba mengganggu, mengusik NKRI. Statement itulah jadi maknawiyah nantinya dan, insyaallah, Allah akan menjaga negara kita yang tercinta ini,” katanya.
Kalau dalam kalender masehi, 16 Rajab 1440 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 23 Maret 2019. (ANFPP)
hijaukanjakarta