Nasib pedagang oleh-oleh telur asin di sepanjang Jalan Pantai Utara (Pantura) Kota Tegal, kian tahun semakin memburuk.

Mereka satu persatu mulai gulung tikar atau bangkrut.

Keadaan sulit itu bermula dari kehadiran Tol Trans Jawa pada 2018.

Kemudian keadaan semakin memburuk karena pandemi virus corona atau Covid-19.

Terlebih dengan adanya kebijakan pemerintah berupa larangan mudik lebaran sejak setahun terakhir.

Hal itu juga dialami oleh Sarwid (60), penjual telur asin di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Kota Tegal.

Sarwid mengatakan, kejayaan pedagang oleh-oleh telur asin di Pantura tinggal kenangan masa lalu.

Kondisi dari tahun ke tahun justru semakin memprihatinkan.

Sarwid bercerita, ia dulu bisa menjual telur asin sebanyak 10 ribu butir dalam sehari di masa mudik lebaran.

Keuntungan per hari bisa mencapai Rp 20 juta.

Kemudian setelah ada Tol Trans Jawa, per harinya di musim mudik hanya terjual sekira 200 sampai 250 butir telur asin.

Kini di masa pandemi Covid-19, dalam seminggu hanya sekitar 15 sampai 20 butir telur asin saja yang terjual.

“Sekarang per hari gak mesti ada yang beli. Minggu kemarin saja yang laku terjual hanya tiga dus (red, 18 butir),” kata Sarwid kepada tribunjateng.com, Selasa (30/3/2021).

Sarwid mengatakan, ia dulu memiliki empat karyawan yang membantunya di toko.

Dua orang bekerja membersihkan telur hasil pengasinan, dan dua orang lainnya melayani pembeli.

Namun ia memberhentikan keempatnya lantaran kesulitan untuk menggaji.

“Dulu saya punya empat karyawan, tapi saya berhentikan. Sekarang saya cuma sama istri,” ujarnya.

Sarwid berharap, pemerintah memikirkan nasib rakyat kecil yang sehari-hari berjualan oleh-oleh.

Terutama pedagang telur asin yang merupakan produksi khas dari Kabupaten Brebes dan Kota Tegal.

Karena sudah banyak pedagang oleh-oleh telur asin

Menurut Sarwid, pemerintah perlu mempertimbangkan lagi kebijakan larangan mudik pada lebaran.

Karena di musim tersebut justru menjadi ladang penghasilan bagi pedagang oleh-oleh.

“Penginnya pemerintah mendukung rakyat kecil-kecil begini. Jangan sampai kesusahan. Jadi mudik tidak perlu dilarang, yang penting diterbitkan protokol kesehatannya,” ungkapnya.

Terancam Bangkrut 

Sarwid mengatakan, usaha telur asinnya yang sudah berlangsung lima tahun juga terancam bangkrut.

Ia berencana berhenti berjualan setelah masa kontrak tokonya habis dua tahun lagi.

Ia mengatakan, kondisinya sudah sangat tidak menguntungkan.

Bahkan ia kerap menjaring ikan di sungai untuk lauk makan malam bersama istri.

Jika ada kelebihan ikan, maka akan dijual ke tetangga.

“Ya saya kadang ke sungai cari ikan. Buat lauk makan, kalau lebih dijual,” katanya.

SUMBER : TRIBUNNEWS.COM

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here