MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) ditantang menjadi rumah bagi seluruh paham Islam yang berbeda-beda, sehingga perdamaian dan persatuan dapat tercipta. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar UIN Alauddin Makassar Prof Dr Qasim Mathar dalam Seminar Nasional yang bertajuk Islam Agama Perdamaian: Merawat Kerukunan, Keragaman dan Persatuan.

Menurutnya, perdamaian lebih penting daripada seruan tentang perdamaian itu sendiri.  Qasim mengaku sudah bosan dengan fatwa atau seruan MUI. Saat ini fatwa-fatwa MUI pun menurutnya tidak berwibawa. Akibatnya, MUI banyak ditinggalkan umat.

“Berhentilah berfatwa. MUI harus mulai masuk ke Syiah, Ahmadiyah atau berkumpul dengan berbagai paham Islam dalam satu rumah,” ujarnya di Aula UIN Alauddin, Rabu (7/11).

Ia mengajak MUI agar menjadi teladan bagi praktik Islam yang benar-benar mampu menciptakan kerukunan dan persatuan di tengah realitas Islam Indonesia yang beragam. Selain mengkritik MUI, Qasim juga menantang Sunni, Syiah dan Ahmadiyah yang merupakan tiga paham Islam terbesar di dunia agar mulai saling berjumpa untuk membicarakan perdamaian dan persatuan. Baginya, Islam yang menghadirkan perdamaian hanya dapat terwujud apabila orang-orang dan organisasi dalam Islam mengenyampingkan absolutisme teologinya dan tidak mengkultuskan para pemimpinnya masing-masing.

“Harapan pada Islam damai terjadi ketika absolutisme dan pensakralan kyai, ulama, imam (Syiah) dan huzur (Ahmadiyah) tidak terus dipertahankan,” tuturnya.

Seminar ini merupakan bentuk kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Alauddin Makassar dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).  Seminar ini menjadi komitmen UIN Alauddin Makassar sebagai perguruan tinggi dalam meningkatkan kajian akademis terhadap setiap paham keIslaman.

Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. Musafir Pababari MSi mengutarakan bahwa seminar nasional ini bertujuan untuk membangun kerjasama dengan Ahmadiyah (JAI) agar peran akademis dalam penelitian dan pengabdian kampus, dalam hal ini dosen dan mahasiswa, menjadi lebih berkembang.

“Perguruan tinggi bukan area sesat dan menyesatkan. Tapi area akademis-epistemologis, bukan kajian teologis doktriner,” papar Rektor UIN dalam sambutannya yang juga dihadiri jajaran rektorat dan seluruh dekan UIN Akauddin Makassar. (RO/OL-6)

http://m.mediaindonesia.com/amp/amp_detail/196288-mui-ditantang-jadi-rumah-besar-bagi-seluruh-paham-islam

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here