Heran, dari dulu pabrikan minyak gak pernah ada yang stop produksi dan semua lancar-lancar aja. Harganya pun dinaikkan sedikit demi sedikit. Tapi beberapa waktu lalu mengalami kenaikan diatas 70%. Untuk menjaga stabilitas, pemerintah turun tangan menekan harga minyak agar tdk memberatkan masyarakat. Dan sejak itu, minyak menghilang dari peredaran. Banyak pemain mulai menimbun minyak demi keuntungan pribadi.
Kelangkaan minyak diperparah dengan kepanikan masyarakat. Hampir semua lapisan masyakat mulai dari ibu rumah tangga hingga warungan berebut minyak. Maka terjadilah antrian yang begitu padat dan hampir tidak terkendali. ujung-ujungnya menyalahkan pemerintah.
Jika kita cermati. Isu minyak goreng memang sangat sensitif untuk dijadikan provokasi. Kenapa? karena yang mereka gerakkan melakukan perlawanan kepada pemerintah adalah ibu-ibu yang nota bene sebahagian besar ndak ngerti masalah politik. Mereka hanya tergerak untuk memenuhi kebutuhan selera makan keluarga. Mereka adalah kelompok yang tdk bersosa yang pada akhirnya menjadi pion orang-orang yg haus kekuasaan. Dan mereka adalah kelompok perempuan yang dalam siatem patriarki adalah kelompok yang dapat dikorbankan dalam pencapaian tujuan. Sejarah dunia mencatat bahwa dalam setiap perebutan kekuasaan, maka yang paling menderita adalah perempuan. Contoh terburuknya adalah perempuan-perempuan korban ISIS.
Terakhir saya hanya berharap, agar kita semua dapat mengendalikan diri agar negara kita tidak terseret dalam kelompok negara yang harus hancur karena kepentingan golongan.
Penulis
Andi Naja FP Paraga
Ketua PP FMIG KSBSI