Oleh: Muchtar Pakpahan
Senin 15/10/2018 jam 15.00 di tanah abang III Nomor 31, Saya didampingi Pdt. John Pakpahan menemui Kwik Kian Gie.
Beliau adalah sahabat karib lama saya, tokoh senior, petinggi PDIP, dan pernah jadi Menko. Saya menemuinya untuk mengetahui mengapa Kwik meninggalkan Joko Widodo dan mendukung Prabowo.
Untuk menjawabnya dimulainya dengan ringan dan santai, “saya tidak pernah dimintai pendapat, sementara Prabowo meminta pendapatnya dan memintanya menjadi penasihat ekonomi bila terpilih menjadi presiden”.
Atas pertanyaan berikut, ada rahasia lain, Kwik dekat dengan keluarga Sumitro yang awalnya satu alumni dari Belanda, dan menjalin komunikasi intens.
Humanisnya Prabowo tinggi, tetapi juga memiliki tempramen. Tetapi dia teman yang baik, tidak pernah melupakan teman. Saya korek lagi apa tidak bahaya dari nasionalisme dan pancasilais. Justru Kwik menegaskan dan menjamin Prabowo pasti pancasilais dan nasionalis. Dia tidak akan ijinkan Indonesia menjadi negara agama. Sangat tidak mungkin, dari histori lingkungan keluarga.
Dalam diskusi yang semakin mendalam topik kebijakan keseluruhan, keluar simpanan Kwik. “Pemerintahan ini kapitalis agen dari IMF dan Bank Dunia”. Jokowi dikelilingi orang-orangnya IMF dan Bank Dunia, yang menjerumuskan Indonesia sejak tahun 1967. Tentang ini pendapat dan sikap kami sama.
Dan satu lagi menjurus ke perilaku, Jokowi mempunyai perilaku gampang melupakan yang berjasa kepadanya.
Kemudian Kwik balik bertanya pendapat saya tentang pemerintahan Jokowi. Saya menjawab PP 78/2015 sumber penderitaan buruh. Tax amnesty carpet merah bagi penjahat ekonomi Indobesia, dan terbitnya Perpres 20 pelan – pelan buruh china menguasai pasar kerja Indonesia. Sebagai warga marhaen, Jokowi tidak mengerti dampak keduanya.
Lalu tentang sikap pilihan Presiden dari SBSI saya katakan menunggu hari-hari berikut. Tapi kelihatannya sulit ke untuk Joko Widodo karena tidak mengingat saya dan tidak mengingat buruh.