Hari Selasa (15/11/2022), para pemimpin negara dari kelompok G20 memulai pertemuan dan pembicaraan mereka di Bali, Indonesia. Dalam pertemuan ini, persatuan dan langkah-langkah konkrit untuk menghadapi ekonomi global di tengah perang di Ukraina menjadi salah satu isu yang disinggung terlebih dahulu.

Sebelum dimulainya pertemuan G20, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping pada Senin (14/11) melakukan pertemuan bilateral dan berjanji untuk saling berkomunikasi meski ada perbedaan.

Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan dalam pidato pembukaannya, “Kita tidak punya pilihan lain selain kerja sama, kelompok G20 harus bertindak sebagai faktor yang memfasilitasi pemulihan ekonomi secara inklusif dan tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian dan masuk ke dalam perang dingin lainnya.”

Beberapa pemimpin Barat telah menuntut untuk memberikan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan ini, tetapi meskipun Indonesia menolak tindakan dan keputusan ini dan menolak untuk menghapus undangan Putin, Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Rusia tidak hadir dalam pertemuan ini karena “kesibukannya” dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov yang hadir dalam pertemuan ini.

KTT G20 di Bali, Indonesia diselenggarakan, sementara perang antara Rusia dan Ukraina menjadi suasana dominan pertemuan ini.

Sejak Februari lalu, ketika perang Rusia-Ukraina dimulai, atmosfir sistem internasional yang terkena dampak konflik militer skala penuh ini telah terpolarisasi untuk mendukung salah satu pihak dalam konflik.

Itulah sebabnya, sebelum dimulainya KTT G20, media-media dunia berspekulasi bahwa pertemuan ini dapat menjadi tempat perselisihan verbal antara kepala negara peserta tentang perang antara Rusia dan Ukraina.

Atas dasar pertimbangan itulah Presiden RI mengumumkan akan berupaya agar perang antara Rusia dan Ukraina tidak menimbulkan ketegangan di antara para peserta pertemuan di Bali.

Terlepas dari sikap Presiden Indonesia, pembatalan acara foto bersama pada pertemuan para pemimpin dan perwakilan peserta KTT G20 Bali menunjukkan bahwa perbedaan anggota G20 dalam masalah Ukraina, ketahanan pangan dan energi sedemikian rupa sehingga mereka tidak bersedia hadir bersama-sama dalam sesi ini.

Keputusan untuk membatalkan sesi foto bersama di KTT G20 Bali, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pertemuan G20, mematahkan tradisi para pemimpin grup ini, yang mengambil foto bersama setiap tahun sebelum pertemuan resmi dimulai.

Seperti yang dikatakan Menlu RI, kehadiran Menlu Rusia dalam pertemuan di Bali, meski ditentang Barat, menjadi alasan utama batalnya acara foto bersama tersebut.

Nur Rahmat Yuliantoro, pakar hubungan internasional Universitas Gadjah Mada Indonesia mengatakan, Ketidakhadiran Putin dalam pertemuan di Bali bisa dianggap sebagai bentuk perlawanannya terhadap dominasi Barat dalam sistem politik internasional.

Mempertimbangkan tantangan yang diciptakan untuk pemerintah Barat setelah dimulainya perang antara Rusia dan Ukraina, terutama masalah penyediaan energi dan bahan baku makanan dan menghadapi protes rakyat di negara-negara tersebut, KTT G20 Bali merupakan kesempatan bagi kepala negara dan pejabat Barat yang berpartisipasi untuk melakukan kritik keras terhadap Rusia, di mana masalah ini dapat menciptakan suasana yang tidak produktif dan emosional di KTT ini.

Tujuan G20 dalam pertemuan Bali adalah untuk menemukan titik temu dan mencari solusi bagi mengatasi tantangan pasokan pangan dan energi dalam situasi saat ini. Jika pertemuan ini menjadi tegang, kesempatan ini juga akan hilang.

Pernyataan Presiden Cina dalam pertemuan dengan mitranya dari Amerika Serikat bahwa perdamaian dan stabilitas adalah satu-satunya cara untuk mengatasi krisis internasional dapat menjadi pesan untuk KTT G20, yang telah dipicu oleh negara-negara Barat yang menciptakan perang antara Rusia dan Ukraina melalui dukungan senjata kepada Kiev dan eskalasi permusuhan antara kedua belah pihak hanya akan menambah krisis saat ini, sedangkan akhir perang Rusia-Ukraina tergantung pada upaya internasional untuk membujuk kedua belah pihak untuk berdamai melalui dialog.

(ANFPPM)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here