SBSINews – NAMA Hendri Kuok sempat populer sebagai aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang juga utusan PRD di Komisi Pemilihan Umum pada 1999. Kemudian, ia perlahan mundur dari ranah perpolitikan Tanah Air.
Lama tak diketahui kiprahnya di masyarakat. Sejak meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan kuliah magister hukum di Universitas Utrecht, Belanda, dan kemudian mengambil doktoral bidang hukum di University of Washington School of Law di Seattle, Amerika Serikat, Hendri kini muncul dengan berita yang mengejutkan.
Pria berkacamata tersebut telah menyandang status baru sebagai Imam Katolik dari Ordo Serikat Yesus (Jesuit). Hendri yang sekarang dipanggil Pastor Stefanus Hendrianto, SJ, pada 8 Juni lalu baru saja ditahbiskan sebagai Imam Jesuit di Portland, Amerika Serikat, bersama 22 temannya.
Perjalanan pria kelahiran Bangka, 13 April 1974, itu untuk menjadi Imam Jesuit memakan waktu cukup panjang. Namun, Hendri yang sempat bekerja dengan IMF pascakejatuhan rezim Orde Baru itu tidak segan lantaran jiwanya terpanggil untuk memiliki kehidupan yang lebih bermakna.
Dilansir dari laman Jesuit.org, Hendri mengawali proses tersebut sejak Oktober 2009, setelah menamatkan pendidikan doktoralnya. “Awalnya saya mengalami perjumpaan dengan Imam Dominikan di Catholic Newman Center University of Washington yang menjadi titik awal panggilan menjadi imam, lalu memutuskan menjadi imam Jesuit setelah perjumpaan dengan Robert Spitzer, SJ, Jesuit yang mengajar di Gonzaga University di Spokane, Washington,” tulis Hendri.
Selama masa pendidikannya, Hendri pernah bekerja melayani orang-orang Yupik Eskimo di Bethel, Alaska. Ia juga membantu pelayanan kampus di Universitas Gonzaga di Spokane, Washington, belajar filsafat di Loyola University Chicago, mengajar di Departemen Hukum Universitas Santa Clara, menjadi peneliti di Kellogg Institute for International Studies Universitas Notre Dame, dan menyelesaikan pendidikan teologi di Boston College School of Theology and Ministry. Saat di Boston, pengagum Santa Edith Stain atau Santa Teresa Benedikta dari Salib itu mendampingi para perempuan yang sedang hamil dan tidak memiliki tempat tinggal.
Sakramen kedelapan
Bagi Hendri, Pastor James V Schall, SJ, (Pengajar di Georgetown University) ialah mentor penting dalam hidupnya. Menurutnya, sang pastor mengajari dirinya bagaimana mendapatkan landasan intelektual yang baik dan membangun kehidupan berdasarkan fondasi tersebut.
“Pastor Schall menunjukkan kepada saya bahwa kita dapat menjalani kehidupan intelektual yang kaya jika kita memiliki kebiasaan, disiplin, produktivitas, dan keinginan untuk mengejar kebenaran. Dia juga mengajari, seorang imam perlu terus membaca dan belajar-demi pekerjaan pastoralnya, dan pembelajaran itu ialah ‘sakramen kedelapan’ dalam kehidupan imam. Seorang imam harus memiliki pengetahuan yang baik tentang apa yang ia ajarkan terlebih dahulu sebelum dapat memenuhi kebutuhan pastoral umat yang ia layani.”
Rencananya, misa perdana Romo Hendri di Tanah Air akan diadakan di Kapel Kolese Kanisius Menteng, pada 20 Juli mendatang.
Rekan seperjuangan Hendri saat semasa menjadi aktivis PRD, Budiman Sujadmiko, ikut berkomentar atas berita mengenai rekannya itu. “Saat ktm 2005 di @bukugpu, dia ngaku jd calon pastor area kumuh di Chicago stlh ambil PhD di AS. Saat kutanya knp jd pastor (padahal wkt menjengukku di penjara, kujodohin dgn temanku). Jawabnya: “Pernah jd aktivis bantu orang miskin, skrg lewat agama. Saat itu saya cuma nyahut, ” Ya sudah. Good luck, Jon…(panggilan kami dulu di PRD ke dia). Kamu lewat teologi, aku mau lewat teknologi..Yg penting sama2 mbantu orang miskin!” tulis Budiman di akun Twitter-nya @budimandjatmiko.
Rekan Hendri yang lain, Made Supriatma, yang mengenal Hendri sebagai aktivis mahasiswa di Yogyakarta ikut memberi dukungan atas pilihan yang menurut Made ialah pilihan revolusioner. “Saya mengenalnya sebagai aktivis pada era Orde Baru. Jalan yang dia pilih sangat ekstrem pada zamannya. Seekstrem pilihannya kemudian menjadi Jesuit. Selamat memulai hidup baru sebagai Imam,” tulis Made pada dinding akun Facebook-nya. (Sumber: mediaindonesia.com)