(GUGATAN EU DI WTO)

Bukan SBY tak pandai lantas kita memuji banyak langkah strategis Jokowi dengan sebutan pintar yang telah membuat negeri ini bergerak pada langkah benar.

UU No 4 tahun 2009 tentang batubara dan mineral bumi yang menjadi acuan langkah Jokowi dan kemudian sukses adalah peraturan yang dibuat pada era SBY. SBY telah memberi peninggalan UU baik dan Jokowi sebagai penerus, melihat dan melaksanakannya.

UU itu memerintahkan negara untuk tidak menjual mineral bumi secara gelondongan atau mentah, atau apa adanya. Harus ada nilai tambah. Harus ada unsur diolah terlebih dahulu sehingga memiliki nilai lebih dan keuntungan pun dapat lebih maksimal.

Konsekuensinya, siapa pun yang kemarin jualan barang mentah keluar negeri harus mencari cara untuk meningkatkan nilai tambah atas material itu. Smelter untuk timah hingga nikel hanya salah satu cara.

Akibat logis atas kewajiban tersebut, kualitas sumber daya manusia Indonesia pun, mau tak mau terseret pada arah positif. Kemarin cuma pintar gali menggali, kini skill baru sebagai operator didapat. Makin pintar.

Fakta atas bukti bahwa pada tahun 2018 dan semakin hebat lagi di tahun 2019, telah menempatkan negara kita menjadi salah satu eksportir stainless steel terbesar di dunia.

Jangan dibilang hanya menjadi tukang jahit dan lantas nyinyir sebagai prestasi abal-abal dilontarkan. Itu prestasi luar biasa hebat dan kita layak berbangga.

Hanya dalam waktu kurang dari 5 tahun sejak Jokowi menjabat Presiden, kita yang tadinya bukan siapa-siapa, tiba-tiba muncul sebagai eksportir barang berteknologi dan sangat dibutuhkan dunia.

Indonesia menempati posisi nomor dua dunia dibawah China, telah menggeser dominasi puluhan tahun Eropa dalam eksport produk stainless steel. Dan atas hasil cerita sukses itu, EU menggugat kebijakan stop eksport nikel ore pada WTO.

Gara-gara nikel ore tak lagi boleh dijual, Eropa tergeser. Karena eksport nikel dalam kondisi mentah dilarang, 30.000 pekerja pada sektor terkait di Eropa terancam.

Paling tidak, itu adalah berita yang kita dengar. Mereka marah dan tak suka dengan cara main kita. Mereka menganggap kita telah berlaku curang.

“Curang? Hak kita dong mau dijual mentah atau matang?”

Cerita yang tak terlalu berbeda pernah dialami China. Rare Earth Element atau yang biasa kita kenal sebagai Logam Tanah Jarang (LTJ) sebagai hasil melimpah China tak lagi dijual telah membuat Jepang marah.

Jepang sangat tergantung dengan LTJ dimana hampir 85% pasokan dunia dikuasai oleh China. Produk mutakhir elektroniknya sangat tergantung atas lancar pasokan LTJ dari China dan itu di stop. Jepang kalah.

Jepang sadar diri dan kemudian memindahkan banyak pabrik elektroniknya ke China demi tak bangkrut bisnis kebanggaannya.

Cerita sukses Jepang di WTO seharusnya akan menjadi rujukan hukum saat gugatan EU telah disidangkan. Ada cerita sukses dengan alur tak terlalu berbeda dapat kita contoh.

Namun, peristiwa hukum dan apalagi melibatkan dana tak sedikit dalam prosesnya, dengan hakim, lawyer, saksi hingga bukti-bukti yang berbeda tentu memiliki spektrum atau sisi pandang berbeda pula.

KO Jepang belum tentu akan menjadi cerita KO EU dengan segala rumit proses hukumnya. Tak ada alasan kita tak bersiap.

Narasi fenomenal Jokowi yakni “siapkan lawyer terbaik” akhir tahun 2019 yang lalu adalah bukti Presiden tak main-main. Selain tetap mantab pada keputusn yang telah diambilnya yakni stop eksport nikel mulai 1 Januari 2020, dia juga telah mengambil posisi bersiap secara tepat.

Lawyer terbaik adalah lawan seimbang kakap para ahli hukum EU. Lawyer terbaik juga tentang biaya yang sangat mahal. Itulah serius sikap Presiden dapat kita saksikan.

“Iya, tapi dimana kecurangan kita?”

Saat awal Jokowi memerintah pada 2014, bukan mustahil dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk menawarkan kerjasama dengan banyak negara sebagai cita-cita dalam rencana beberapa tahun kedepannya.

Saat itu, nikel sebagai hasil tambang telah menempatkan Indonesia sebagai eksportir terbesar di dunia diatas Filiphina. China, dan Eropa adalah 2 tujuan eksport terbesar kita.

Mustahil bagi Jokowi melakukan stop jual nikel ore seketika saat dia memerintah hanya demi menjalankan perintah UU No 4 2009. Semua nikel ore yang ditambang harus mampu negara beli dan salurkan. Paling tidak, UU itu tak hanya berbicara tentang perintah, namun implementasi.

Bukan kita lebih senang dan memilih China sebagai partner dengan membuang Eropa dalam penawaran kerjasama smelter sebagai akibat perintah UU tersebut. China lebih tanggap dan Eropa selalu berkilah.

Sama dengan Eropa, pembangunan smelter di Indonesia yang ditawarkan pemerintah Indonesia juga berdampak pada smelter yang juga telah dibangun di dalam negerinya seperti ungkapan keberatan Eropa.

Bahwa ada insentif dan banyak kemudahan pernah ditawarkan pada mereka sebagai investor, bukankah itu merupakan alat tawar wajar dalam bisnis?

Salahkah Toyota memberi garansi 5 tahun misalnya ketika BMW hanya 3 tahun?

Bukankah itu bagian dari strategi bisnis?

Sangat mungkin, pemerintah pun banyak menawarkan kemudahan bagi investor demi smelter yang akan mereka bangun di negeri ini demi cerita sukses Indonesia 4 hingga 5 tahun kedepan.

Dan bahwa demi efisiensi China membangun smelter nikel berikut pabrik besi nirkarat itu dalam satu paket, satu lokasi, itu murni keputusan bisnis. Itu soal untung dan rugi. China dengan segala kurang lebihnya berani ambil penawaran Indonesia.

Sangat mungkin, ada banyak insentif dan kemudahan yang negara ini berikan pada investor China yang akan dipakai EU sebagai bukti curang kita. Tidak fair akan dibuktikan telah kita lakukan dan maka gugat pada WTO memiliki makna.

Sangat mungkin, EU pun telah memiliki banyak catatan demi argumentasi dibangun.

Sekali lagi, itu masalah bisnis. Bahwa ada sisi pandang EU mampu melihat cerita itu sebagai kecurangan kita, biarkan semua bukti menjadi wilayah debat pada pengadilan.

Yang pasti, 4 tahun sejak Presiden sangat gencar menawarkan proyek smelter itu, Indonesia yakin akan mampu membeli semua hasil tambang nikel di dalam negeri dan diolah. Maka, sejak 1 Januari 2020 nikel tak lagi boleh dijual dalam kondisi mentah diberlakukan adalah bukti Presiden menjalankan perintah UU No 4 tauun 2009.

Yang pasti, ada 11 smester telah terbangun dan 25 smelter yang lain sedang dalam proses pembangunan.

Yang pasti, Indonesia tiba-tiba dikenal menjadi negara eksportir terbesar dunia produk stainless steel dari yang kemarin bukan siapa-siapa.

Yang pasti, Indonesia tiba-tiba menjadi tempat dimana mata dunia sedang mengarah karena cita-cita besar sebagai basis mobil listrik dunia dengan nikel sebagai baterai.

Yang pasti, bukan hanya China hari ini sibuk berinvestasi, kakap dunia yang lain seperti Korea dengan Hyundai dan LG, Jepang dengan Panasonik dan Toyota, AS dengan Teslanya pun melirik kita sebagai tempat bagus, tempat tepat bagi uang mereka ditaruh.

Yang pasti..,ternyata kita hebat. Kita bukan negara kaleng-kaleng.

Tak ada hal salah atas kebijakan Jokowi melarang nikel dijual mentah. Itu wilayah bebas kita sebagai pemilik.

Biarkan EU menggugat kebijakan kita, di sana kebesaran kita sedang diuji.

Di sana makna bahwa terselesaikannya dengan baik perkara ini justru akan membuat banyak investor Eropa berbondong masuk, dan meriah pesta kita sebagai tempat tujuan investasi semakin mendapatkan momentumnya.

BMW grup, VW grup, Volvo, Fiat, Land Rover, dan banyak perusahaan mobil Eropa hingga produk berteknologi mereka yang sangat hebat itu hanya sedang menunggu kabar baik kita selesai secara hukum.

Sama dengan perusahaan Jepang yang pada akhirnya justru berinvestasi besar-basaran di China setelah gugatan Jepang di WTO, demikian pula akan terjadi pada banyak perusahaan-perusahaan dari Eropa ke Indonesia.

Mereka pasti datang.

Penulis : Karto Bugel

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here