MELAHIRKAN seorang organizer memang bukan persoalan mudah. Jika didefinisikan, organizer itu artinya seseorang yang memiliki kemampuan mengorganisasikan kumpulan manusia lainnya untuk bekerja dan bergerak bersama-sama mempertahankan hingga memajukan sebuah organisasi.
Organizer diharuskan mampu mengelola ribuan karakter orang-orang yang dipimpinnya menjadi potensi besar yang bisa digerakkan untuk mencapai cita-cita organisasi.
- Selanjutnya materi-materi pendidikan dan pelatihan apa saja yang bisa membuat seseorang menjadi organizer?
- Siapakah yang akan menjadi Dosen Diklat untuk Organizer itu?
- Apa ukurannya seseorang pantas menjadi guru dalam kegiatan itu?
- Adakah parameter atau barometernya?
Sejumlah pertanyaan diatas memang harus dimunculkan sebelum kita memulai Program Pendidikan dan Pelatihan bernama Training For Organizer itu menjawab fakta kegagalan yang dialami banyak organisasi justru setelah melalui proses pendidikan dan pelatihan Organizer.
Berapa banyak jumlah organisasi baik organisasi massa hingga organisasi agama bahkan organisasi partai politik tinggal nama dan bangkainya berserakan dimana-mana. Faktanya memang banyak organisasi ketika dipimpin oleh orang biasa-biasa saja justru berkembang pesat padahal hanya mengandalkan bakat alamiahnya serta kharismanya tetapi mampu membuat organisasinya besar.
BACA JUGA: http://sbsinews.id/prof-muchtar-saya-akan-melantik-dpc-fsbsi-dan-5-pk-baru-di-luwu-timur/
Saya teringat sosok KH AR Fakhruddin, Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah era Tahun 80-an yang mampu menghadirkan ribuan sekolah buatan Muhammadiyah dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas hingga ratusan perguruan tinggi.
Muhammadiyah memiliki puluhan Rumah Sakit (RS) dan ratusan klinik, memiliki ribuan tanah wakaf disetiap pengurus ranting Muhammadiyah. Pada Era 80-an jumlah anggota Muhammadiyah sudah mencapai angka 20-an juta.
Inilah fakta nyata yang diakui oleh seluruh mantan Ketua Umum Muhammadiyah setelah periode KH. AR Fakhruddin. Kader Muhammadiyah tak terhitung yang telah menjadi Menteri Kabinet dari era Bung Karno hingga era Susilo Bambang Yudoyono.
Semua itu adalah hasil organazing seorang KH. AR Fakhruddin, seorang Kyai kelas kampung dan hidup dari menjual bensin literan dipinggir jalan di depan rumahnya di di Yogyakarta.
Training For Organizer tetap penting terutama bagi DPP (K) SBSI, DPP Federasi-Federasi, Sekwil-sekwil, Sektif Departemen dan Lembaga, Korwil-korwil hingga Pengurus DPC bagaimana fungsi seorang Organizer. Semua Pengurus ini adalah Organizer SBSI.
Jika dihitung secara kesuluruhan sesungguhnya SBSI memiliki ratusan organizer. Ada yang berhasil memiliki anggota ditingkat komisariat cukup besar hanya berbekal bakat alamiah, kharisma serta pengorbanan tenaga, fikiran dan uang.
BACA JUGA: http://sbsinews.id/ada-apa-dengan-sumber-daya-alam-bangsa-indonesia/
Mereka justru berhasil memberi konstribusi besar bagi organisasi. Mereka justru layak menjadi TRAINER pada kegiatan TFO, TFT, BATRA dan lain-lain.
Tetapi maukah kita belajar dari orang paling bawah. Ini pertanyaan yang sulit untuk dijawab bagi kita semua. Siapkah kita dilatih oleh mereka dengan keluguannya bahkan mungkin juga mereka masih bersih dari dosa-dosa berserikat sehingga tuhan lebih memberkatinya daripada kita-kita yang menjadi Trainer. Kalau saya Pribadi sangat siap menerima mereka menjadi Trainer.
Saya kira ini persoalan penting walaupun nampak sangat sederhana. Seorang organizer memang sejatinya orang yang telah berhasil mengorganisasikan orang banyak, berhasil mempertahankan keutuhan dan kekompakan anggotanya, tidak memiliki rekam jejak buruk berorganisasi.
Sederhana bukan, mari kita ber-TFO sebagai bagian dari perbaikan diri menuju diri yang lebih baik dimasa yang akan datang. Diri tanpa membuat jejak yang memperburuk citra organisasi dimasa dan dimata hati generasi SBSI di masa -masa selanjutnya. Salam Solidaritas.
Ditulis Oleh: Andi Naja FP. Paraga