USIA suatu organisasi atau negara memang tidak selalu mencerminkan masa pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan ideal. Ada organisasi bertumbuh dan berkembang lamban tetapi pertumbuhan dan perkembangannya seperti pohon-pohon besar yang kuat. Sejak pertumbuhan sudah terlihat akar dan batangnya kuat, lalu munculah cabang dan ranting.
Semakin hari semakin tahun semakin besar hingga memberi buah. Buahnya pun mengikuti proses dari kecil dengan rasa pahit, mulai membesar dengan rasa kecut hingga menjadi besar tapi masih berasa kecut sampai membesar sempurna dengan rasa manis.
Ribuan buah manis yang dihasilkannya dapat dinikmati ribuan manusia baik diperoleh secara cuma-cuma atau dibeli. Ribuan orang merasakan manisnya dan meyakini bahwa buah dari pohon tersebut selamanya akan manis.
Ribuan orang yang telah merasakan buah manis itu akan bercerita kepada yang lain dengan penuh antusias bahkan cinta, lalu yang mendengarnya pada awalnya hanya mendengar santai secara perlahan pun turut antusias.
Ia tertarik dengan kabar itu dan ingin pula merasakan buah yang manis itu. Jangankan cuma-cuma membeli, dengan harga mahal pun ia puas demi bisa merasakan’Rasa Manis’ seperti yang dirasakan oleh Si pembawa Kabar.
Hal tersebut pasti akan berlangsung terus menerus sehingga semua orang tak tersisa lagi yang tidak turut merasakan manisnya buah dari sebuah pohon yang tumbuh dengan akar yang kuat, batang yang kokoh, cabang yang tegar serta ranting yang Indah.
Jika Serikat Buruh Sejahtera Indonesia seperti ilustrasi pohon diatas tentu alangkah Indahnya. Mungkin separuh dari penduduk Indonesia sudah menikmati buah manisnya, tinggal yang separuhnya lagi tinggal menunggu waktu untuk mencicipi buah manis itu baik secara cuma-cuma atau membeli.
BACA JUGA: http://sbsinews.id/irjen-setyo-wasisto-pastikan-buruh-merayakan-hari-buruh-dengan-aman/
Bukan SBSI lagi yang akan mensosialisasikan dan mengajak orang ber-SBSI namun semua yang pernah merasakan Buah Manis itu akan mengajak yang lainnya untuk ber-SBSI. Jika demikian tidak hanya 1,7 juta buruh yang bergabung di SBSI seperti yang pernah diraih SBSI sebelumnya melainkan sudah puluhan juta dan mungkin sudah 100 juta buruh yang memiliki KTA SBSI.
Namun pada Usia ke-26 tahun di Tahun 2018 ini kita harus menerima fakta bahwa buruh yang ber-KTA SBSI masih terlalu sedikit. Mari kita telusuri faktor penyebabnya.
Alhamdulillah setelah menghayati semua persoalan saya berkesimpulan bahwa faktor penyebabnya adalah sering berulangnya Konflik Internal. Konflik Internal sering terjadi akibat dari ketidak patuhan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART).
Ketidakpatuhan teradap konstitusi tertinggi organisasi biasanya disebakan oleh egoisme dan Kepentingan. Politik, sosial, budaya dan ekonomi selalu menjadi pemicunya. Amanat Kongres, Musyawarah Nasional, Rapat Kerja Nasional bukan lagi hal yang dianggap SAKRAL yang harus dipatuhi.
Semua ini dikalahkan oleh egoisme dan kepentingan. Kita mengalami sejarah pahit menjadi organisasi retak berkeping-keping. Mengumpulkan kepingan-kepingan yang sudah berserakan tentu tidak mudah.
Menghilangkan trauma perpecahan bukan persoalan gampang. Jika diinginkan bersatu kembali memang harus membumi-hanguskan egoisme dan kepentingan masing-masing.
Kekhawatiran kita tidak berhenti sampai disini. Slogan dan yel-yel Hidup Buruh, Hidup SBSI, SBSI Kuat Rakyat Sejahtera, Buruh Bersatu Pasti Menang jika belum mendarah-daging akan menjadi tak berkorelasi dengan kenyataan.Karena itu mari dalam yel-yel dan Slogan SBSI.
HIDUP BURUH, Yel dan Slogan ini harus dipatrikan menjadi Prinsip hidup. Semua tindakan kita haruslah demi hidupnya buruh Indonesia. Kita hadir menjadi pejuang bagi hidupnya buruh. Kita harus hadir ketika buruh menderita dimanapun dan kapanpun. Jangan sampai justru kita yang membuat buruh menderita, ter-PHK karena lidah dan perbuatan kita.
HIDUP SBSI: Menghidupkan SBSI berarti kita bersedia menjadi nafas bagi SBSI, senantiasa bertindak sebagai udara bagi kehidupan SBSI. Kita menjadi air dan tanah bagi SBSI, bahkan kita pun harus siap menjadi api demi hidupnya SBSI. Jangan sampai SBSI menjadi layu apalagi mati karena sikap dan tindakan kita.
HIDUP SBSI: berarti juga mengantisipasi diri dari tindakan dan upaya yang berpotensi membubarkan SBSI. Kepada pengurus disemua tingkatan wajib berhati-hati menggunakan sikap dan perbuatannya. Tumbuh kembangkan solidaritas dan menghindari konflik.
SBSI KUAT RAKYAT SEJAHTERA: Yel-yel dan Slogan ini sangat mulia, tetapi mulailah dulu mensejahterakan pengurus dan anggota SBSI. Fokuslah kesitu setiap hari. RAKYAT SEJAHTERA: biarlah menjadi tanggung jawab pemerintah dan negara.
BURUH BERSATU PASTI MENANG ini sangat AGUNG. Tapi mulailah dahulu mempersatukan pengurus dan anggota SBSI. Caranya tegakkan kepatuhan terhadap AD/ART, Keputusan Kongres, Munas dan RAKERNAS. Garis Besar Haluan Organisasi (GBHA) menjadi kompas untuk mencapai cita-cita SBSI. Meninggalkan AD-ART serta GBHO SBSI sama saja dengan membubarkan SBSI secara perlahan.
Akhirnya pada Ulang Tahun ke-26 SBSI ini izinkan saya menyampaikan kerinduan saya agar kita segenap pengurus menyatukan kata dengan perbuatan semoga SBSI membuat kita terpandang dihadapan tuhan yang maha Terpandang di dunia dan di akhirat.
Ditulis Oleh: ANDI NAJA FP PARAGA