Menjadi seorang pilot merupakan sebuah pekerjaan yang amat dinanti-nanti kebanyakan pria di tanah air.
Kebanyakan dari pilot pun merupakan seorang pria yang memang sebagian besar profesi tersebut digandrungi oleh kaum adam.
Tapi tidak untuk Melati Arumsari, seorang pilot wanita maskapai pelat merah, Garuda Indonesia.
Menjadi minoritas ditengah mayoritas bukan menjadi alasannya untuk mundur menjadi seorang pilot di maskapai bergengsi.
Pertama kali bergabung di Maskapai Garuda Indonesia pada tahun 2015, pilot yang akrab disapa Melati tersebut ternyata sudah mengarungi angkasa Sabang sampai Merauke.
Walau saat kuliah tidak mengenyam pendidikan penerbangan, rasa penasaran dan rasa ingin menembus batas seorang wanita membuat pilot kelahiran Jakarta 13 April 1985 ini mengejar cita-citanya.
Sebab, ternyata Melati dulunya mengambil jurusan Psikologi Universitas Indonesia Angkatan 2003.
“Dulu saat saya lulus kuliah, sempat bekerja di luar negeri dan itu membuka kacamata saya bahwa ada pilot wanita di luar sana dan membuat saya ingin menembus batasan atau limit dari kemampuan seorang wanita,” kata Melati saat berbincang hangat dengan TribunJakarta.com, Rabu (21/4/2021).
Wanita yang dibesarkan di Jakarta ini kemudian mengambil sekolah penerbangan di Bali International Flight Academy.
Lulus dari Bali International Flight Academy pada tahun 2014, Melati langsung tancap gas bekerja di Maskapai Garuda Indonesia dan telah terbang mengarungi langit Indonesia selama lima tahun lamanya.
Wanita kelahiran 1985 tersebut pun sudah terbang menggunakan berbagai macam jenis pesawat selama karirnya, mulai dari pesawat Propeller ATR 72-600 dan sekarang Melati sedang memegang pesawat Boeing 737-800 NG (New Generation).
“ATR 72-600 itu Pesawat turbo propeller yang khusus bandara yang punya landasan pendek-pendek dan kecil-kecil. Itu butuh keahlian khusus,” terang Melati.
1. Makna hari kartini apa untuk Melati apa?
Kartini kalau kita lihat artinya luas sekali, jadi kalau sosok kartini sebagai wanita itu, wanita lembut, anggun dan latar belakang pendidikan dari sosok Kartini bisa menjadi contoh. Bisa diresapi keinginan maju dan tekad seorang wanita.
Menyuarakan kesetaraan wanita, egalitaer, kesetaraan posisi di masyarakat. konteksnya kalau dulu ada perbedaan, kalau sekarang luas sekali, jadi ada kekuatan untuk maju, untuk bisa menyuarakan cita-cita dan aspirasi kaum sesama wanita.
2. Makna hari Kartini di tengah pandemi Covid-19 ?
Kalau Covid-19 memang menantang sekali untuk para wanita, secara langsung dituntut ekstra tenaganya.
Seperti ibu rumah tangga yang harus bekerja tuntuntan dari perusahaannya dan menjaga keluarga dalam arti anak dan suami. Mereka harus make sure kalau keluarga sehat apalagi Corona ini kan sangat dekat dengan kesehatan.
Apa lagi pendidikan keluarga, kayak anak-anak harus terus berjalan dan di sisi lain karena pandemi ini wanita dituntut utuk bisa berkreasi. Dari skill yang tidak punya jadi punya, ada yang sudah ada mungkin jadi makin diasah.
Jadi wanita saat ini di tengah pandemi Covid-19 haris saling support each other. Harus lebih kreatif dan lebih kuat dalam arti menopang keutuhan dari keluarganya.
3. Sebagai pilot wanita, apa makna hari kartini?
Misal hari Kartini ini aspeknya luas sekali , nah kalau pilot salah satu fragment kecil dari Kartini. Kalau wanita di posisi pilot yang notebenenya kebanyakan pria, jadi kita sebagai wanita bisa menunjukan kalau wanita punya kesempatan yang sama kayak pria. Bisa berekspresi menunjukan pengetahuan.
Secara langsung membuktikan kalau wanita bisa setara dengan pria asal mau menunjukan bakat, berusaha, dan gigih dalam mencapai posisi setara itu seperti layaknya Kartini.
4. Pernah kesulitan dalam bekerja sebagai pilot wanita?
Kalau kesulitan mungkin secara psikologis ya, karena berkaitan dengan gender dan Teknik. Seperti mesin yang memang kalau wanita itu tidak terpapar kan sama mesin sedari anak-anak juga. Kalau dari sisi psikologis, kesulitannya itu kayak harus bisa menyesuaikan diri, kita harus nyaman sendiri.
Jadi kesulitannya itu ya bagaimana kita memposisikan diri sebagai wanita yang berprofesi sebagai pilot yang stereotype-nya adalah pria.
Secara teknis kesulitan hampir enggak ada, karena untuk mencari ilmunya itu ada banyak jalannya sekarang. Sekarang kita kalau mau belajar bisa browsing, jadi banyak sisi. Kalau dari pilot-pilot senior juga tidak pelit membagikan ilmunya.
Kalau boleh sedikit share, kesulitannya kita wanita ini harus bisa, ada beban tanggungjawab untuk menjalankan profesi pilot secara professional jangan mentang-mentang karena wanita.
5. Apakah pernah mendapatkan perlakuan dipangan sebelah mata selama bekerja?
Kalau dipandang sebelah mata bukan berarti dari luar mau benar-benar memandang sebelah mata, alhamdulillah dari awal seleksi sampai training ini bermacam-macam kapten mereka respect dan bangga sama kita yang pilot wanita karena hanya sedikit sekali.
Bahkan kalau pengalaman saya, saat training banyak instruktur yang mengerti kalau wanita akan dituntut lebih banyak. Mereka sangat support, malahan mereka mendukung banget agar belajar lebih ekstra dan dipush terus.
Pengalaman ada beberapa, missal cuaca buruk saya harus divert. Itu seperti sesuatu pengalaman yang terkait tantangan profesi. Tapi ada pengalaman yang menarik, kalau saya enggak bekerja di maskapai pelat merah, saya tidak mungkin bisa melihat sisi-sisi lain dan unik dari Indonesia yang saya enggak tahu.
Misal saya melihat danau tiga warga dari udara dan saya bisa melihat berbagai kebudayaan yang saya alami selama ini. Karena tidak semua orang bisa merasakan melihat pemandangan dari atas awan dari Sabang sampai Merauke.
SUMBER : TRIBUNNEWS.COM