Jacob Ereste (aktivis dan pemerhati masalah buruh di Indonesia daj juga Ketua Dewan Pembina Komunitas Buruh Indonesia. Ketua Balitbang F.BKN-SBSI)

PERISTIWA Haymarket, polisi menembaki para demonstran disusul dengan perlawanan dari kaum buruh sangat erat kaitannya dengan sejarah menetapkan hari buruh dunia pada 1 Mei (May Day). Saat itu, pada 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari.

Aksi ini berlangsung selama 4 hari yang dimulai pada 1 Mei hingga 4 Mei 1886. Dukungan dan aksi solidaritas bermunculan dari berbagai Negara yang juga menuntut perlakuan lebih adil dan manusiawi bagi kaum buruh.

Hingga akhirnya, Kongres Sosialis Dunia pada Juli 1889, menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dalam bentuk resolusi yang menebar ke segenap penjuru mata angin dunia sampai sekarang.

Masalahnya, apa artinya perayaan May Day bagi kaum buruh dan organsiasi buruh di Indonesia sekarang yang masih mengalami penekanan, penindasan, hambatan untuk berorganisasi atau berserikat (union busting), upah murah? Demikian juga dengan keberadaan organisasi buruh yang semakin cenderung mengembangkan sikap bersaing dan memusuhi organisasi buruh yang lain misalnya? Dan bagaimana kondisi objektif dari kesejahteraan para aktivis dan segenap fungsionaris organisasi buruh sendiri setelah sekian tahun berjuang?

Agaknya, perayaan May Day kali ini hendaknya dapat dijadikan momentum yang lebih bermakna untuk merenungkan hakekat dari perjuangan kaum buruh dan pengorbanan organisasi buruh yang telah dilakukan. Sebab kesejahteraan kaum buruh yang diperjuangkan selayaknya berimbang dengan kesejahteraan aktivis buruh maupun fungsionaris organisasi buruh yang ada.

BACA JUGA: http://sbsinews.id/potret-keadilan-di-sumba-dan-indonesia/

Mungkin penghargaan yang sepatutnya diberikan tidak perlu berlebihan, namun setidaknya cukup memaknai hakekat kesetaraan, kebersamaan, keadilan untuk kesejahteraan. Intinya, peryaan May Day hendaknya jangan sekedar hura-hura dan pelampiasan egosentrisitas dan maniak kekuasaan.

Juga tidak perlu perayaan May Day dimaksudkan untuk menggagahi sesama aktivis dan sesama fungsionaris buruh yang lain, termasuk keinginan pamer kepada para pengusaha maupun rezim penguasa. Karena wujud nyata dari kesejahteraan yang berkeadilan bagi kaum buruh sesungguhnya dicerminkan juga oleh kesejahteraan yang berkeadilan bagi aktivis dan fungsionaris organisasi buruh yang ada.

Perayaan May Day adalah wujud nyata dari penghargaan kaum buruh dan fungsionaris organisasi buruh serta segenap aktivis perburuhan terhadap mereka yang telah berjasa dan mendedikasikan untuk memperbaiki kondisi hidup dan kehidupan kaum buruh agar lebih layak dan manusiawi.

Selebihnya hanya cacatan sejarah semata yang bisa dipetik, jika masih rendah hati, ingin belajar dari para pendahulu kita, tanpa harus mencela kekurangan dan kelemahannya.

Penulis: En Jacob Ereste (aktivis buruh. Pengurus Pusat Federasi BKN SBSI. Dewan Pembina Komunitas Buruh Indonesia)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here