Catatan Pagi

Oleh: Timboel Siregar

Pagi ini saya berkesempatan kontrol ke dokter utk periksa kesehatan setelah sempat dua hari dirawat. Dalam proses penantian dokter secara tidak sengaja saya mendengar percakapan seorang ibu dan Suster.

Suster bilang, Ibu ini surat untuk ke dokter anastesi besok ya. Dengan lembut sang suster melayani sang Ibu.

Si Ibu disuruh balik lagi besok hari utuk membawa bayinya yang baru 8 bulan untuk kontrol ke poli anastesi. Hari ini si Ibu baru saja bawa bayinya ke poli anak. Si Ibu tanya kapan operasinya, dijawab dengan sopan oleh sang suster nanti Bu tunggu hasilnya dan pemberitahuan dari dokter.

Mengenai aturan satu poli satu hari memang saya sudah tahu dan itu tetap berlaku sampai saat ini. Tapi sengaja saya tanya ke suster, kenapa tidak langsung ke poli anastesi utk diperiksa hari ini aja suster? Dijawab dgn ramah oleh Suster, ini kebijakan BPJS Kesehatan Pak.

Saya agak berargumen kepada suster, kasihan si bayi harus mondar mandir ke RS. Dijawab dengan santai oleh sang suster, ya seharusnya kalau si Ibu mau kasihan sama si bayi seharusnya si Ibu bisa bayar sendiri untuk ke poli anastesi hari ini.

Saya terkejut dengan jawaban sang suster. Saya tidak mau merespon perkataan sang suster yang menurut saya tidak benar dan tidak bijak. Saya sangat meyakini si Ibu sangat menyayangi bayinya namun karena kondisi ekonomi si Ibu harus mengikuti prosedur satu poli satu hari walaupun si ibu dan sang bayi harus bolak balik ke RS.

Saya melihat memang ibu tersebut bukan dari golongan mampu yang bisa membayar seperti yang diinginkan sang suster. Dalam kebingungan, saya sempat membayangkan bagaimana sang Ibu harus naik turun angkot dari rumah ke RS dan sebaliknya menggendong sang buah hati berhari hari agar bisa dilayani JKN. Ini tidak adil buat sang bayi dan si Ibu miskin.

Saya merasa sang bayi yang dalam kondisi sakit dari orangtua miskin tetap diperlakukan sama dengan pasien orang dewasa dan atau mampu. Pemerintah dan BPJS Kesehatan terus memposisikan semua pasien JKN dari semua golongan usia dan dari semua strata ekonomi memiliki KEMAMPUAN yang sama baik fisik maupun ekonomi dalam menjalankan prosedur JKN sehingga penerapan satu poli satu hari tetap diberlakukan untuk seluruh peserta JKN.

Kritik terhadap kebijakan satu poli satu hari sudah sejak lama kami sampaikan. BPJS Watch terus meminta agar kebijakan satu poli satu hari bisa dikecualikan bagi bayi, orang miskin dan peserta JKN yg memang harus mendapatkan perawatan khusus dan segera, TAPI hal tersebut tidak pernah terwujud.

Program JKN yang sudah memasuki tahun keenam saat ini masih terus dikelola secara “tradisional” tanpa mampu memberikan peningkatan pelayanan kepada rakyat peserta JKN. Kasus-kasus yg ditangani BPJS Watch hingga saat ini merupakan jenis kasus yang sejak 2014 sudah terjadi dan hingga kini terus terjadi tanpa pernah ada upaya untuk memperbaiki sehingga peserta JKN bisa lebih mudah mengakses layanan JKN.

Program JKN harus dikelola dgn inovasi berbasis peningkatan pelayanan kepada peserta. Saya menilai tahun keenam saat ini program JKN akan terus dikelola secara “tradisional” dan apa adanya sehingga segala persoalan akan terus terjadi dan terjadi.

Pinang Ranti, 16 Januari 2019

Tabik

Timboel Siregar: BPJS Watch

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here